SOLOPOS.COM - Prototipe mobil pedesaan yang dikembangkan melibatkan siswa SMK berada di bengkel SMKN 2 Klaten, Kamis (5/10/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Siswa SMKN 2 Klaten merintis produksi mobil pedesaan untuk para petani.

Solopos.com, KLATEN —  Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggandeng siswa SMK merintis produksi mobil pedesaan di bengkel SMKN 2 Klaten.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMKN 2 Klaten, Suharto, mengatakan pengembangan mobil pedesaan dimulai sejak 2016. Program mobil pedesaan itu diinsiasi Kemenperin. SMKN 2 Klaten ditunjuk sebagai salah satu sekolah yang ikut mengembangkan mobil pedesaan selain SMKN 2 Solo.

Dari penunjukan itu, SMKN 2 Klaten mendapat bantuan peralatan dari Kemenperin yang digunakan untuk pelatihan perakitan, pengecatan, dan pengelasan bagi para siswa sebelum membantu pembuatan mobil pedesaan. Secara berkala, SMKN 2 Klaten mengirim siswa ke karoseri PT ABC di Bawen, Kabupaten Semarang, yang menjadi lokasi perakitan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sampai saat ini sudah ada total 15 siswa yang dikirim ke karoseri ABC,” urai Suharto saat ditemui wartawan di SMKN 2 Klaten, Kamis (5/10/2017).

Mobil pedesaan yang dikembangkan melibatkan siswa SMK itu memiliki kapasitas mesin 1.000 cc, mesin pembakaran empat silinder, dan injeksi bahan bakar multi point injection (MPI). Bahan bakar mobil menggunakan bensin dengan kemampuan 1 liter bisa menempuh jarak 15 km.

Kecepatan maksimal mobil itu berkisar 70 km/jam. Panjang mobil itu sekitar 4,5 meter dengan lebar 1,4 meter.

Tipe mobil yang dikembangkan jenis pikap. Bagian belakang bisa disambungkan dengan peralatan pertanian seperti mesin perontok padi, jagung, pompa air, serta peralatan pertanian lainnya.

Mobil dilengkapi sistem power take off (PTO) yang bisa mengalihkan tenaga mesin untuk pengoperasian peralatan pertanian. Secara umum, fungsi mobil tersebut sama dengan kendaraan Mahesa buatan bengkel Kiat Motor yang juga ditujukan membantu para petani.

Peralatan di mobil tersebut juga hampir sama seperti dilengkapi sistem PTO serta bisa mengangkut peralatan pertanian. Kendaraan Mahesa memiliki spesifikasi mesin diesel 650 cc dan berbahan bakar solar.

Kecepatan maksimal kendaraan itu 55 km/jam. Ada tiga prototipe kendaraan Mahesa yakni double cabin, single cabin, serta less desk. Harga jual kendaraan Mahesa yakni Rp50 juta hingga Rp70 juta.

Suharto menjelaskan sekitar 70 persen komponen mobil itu menggunakan bahan lokal dibantu sejumlah industri kecil menengah. Komponen yang masih menggunakan bahan impor yakni mesin.

Pengembangan satu prototipe mobil tersebut diperkirakan mencapai Rp180 juta lantaran mayoritas masih dibuat secara handmade. Harga jual mobil itu jika diproduksi massal diperkirakan Rp70 juta.

Saat ini, sudah ada delapan prototipe mobil tersebut yang tersebar di berbagai daerah. Dua unit mobil pedesaan berada di SMKN 2 Klaten, dua unit di Universitas Negeri Semarang, dua unit di Solo Techno Park, dan dua unit di Bandung.

Satu unit mobil saat ini masih dalam proses pengerjaan yang ditujukan untuk unit pemadam kebakaran. SMKN 2 Klaten juga mendapat bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bantuan senilai Rp1,2 miliar digunakan untuk membangun bengkel perakitan berukuran 30 meter x 25 meter. Di bengkel tersebut juga terdapat ruangan untuk pengembangan desain. Kemenperin memberikan bantuan peralatan guna pengembangan bengkel tersebut.

Sesuai rencana, bengkel digunakan untuk pengembangan serta produksi mobil pedesaan terutama pada proses perakitan hingga pengecatan. Suharto mengatakan pengembangan mobil pedesaan melibatkan siswa SMK ditujukan sebagai media pembelajaran.

Mobil-mobil yang sudah diproduksi bakal diberikan ke SMK di seluruh Indonesia untuk pembelajaran. Soal produksi massal mobil tersebut yang ditujukan untuk komersial, Suharto menyerahkan ke Kemenperin.

Salah satu siswa SMKN 2 Klaten, Alif, mengatakan mobil pedesaan memiliki PTO yang bisa mengalihkan tenaga mesin ke penggerak peralatan pertanian seperti mesin perontok padi yang terpasang di bak mobil. “Dengan peralatan itu, tidak perlu turun dari mobil untuk menggerakkan mesin perontok padi,” kata siswa kelas XII jurusan Teknik Kendaraan Ringan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya