SOLOPOS.COM - Pendidikan di Korea Selatan disebut membuat anak-anak tidak bahagia (ilustrasi/freepik)

Solopos.com, SOLO – Korea Selatan (Korsel) kian moncer karena budaya populernya atau K-pop. Tak hanya itu, banyak penggemar K-pop di berbagai penjuru juga tertarik mempelajari berbagai sisi tentang Korsel mulai dari gaya hidup, makanan, bahasa, sampai pendidikannya.

Namun seolah bertolak belakang dengan budaya K-pop yang menawarkan gemerlap dan kegembiraan. Sistem pendidikan di Negeri Ginseng ini bisa dikatakan cukup ketat.  Menurut sebuah studi, anak-anak Korea Selatan dianggap paling tidak bahagia di antara negara-negara maju,  karena stress akibat tekanan pendidikan yang sangat tinggi di negara itu.

Promosi BRI Optimistis Bisnis Remitansi Tumbuh 25% Selama Ramadan dan Lebaran 2024

Korea Selatan ada di posisi paling bawah di antara 30 negara dalam tingkat kepuasan anak-anak dengan hidup mereka, diikuti oleh Rumania dan Polandia. Menurut Statistik Nasional Korsel beberapa waktu lalu, lebih dari setengah anak-anak usia antara 15 dan 19 tahun yang ingin bunuh diri menyebut kinerja akademik dan ujian masuk universitas sebagai alasan. Berikut beberapa fakta mengenai sistem pendidikan di Korea Selatan seperti dilansir dari beberapa sumber, Selasa (10/3/2020).

1. Posisi Sosial Guru Sangat Tinggi

Para pengajar atau guru di Korsel memegang peran yang sangat penting. Guru memegang posisi sosial yang berharga dan tinggi di mata masyarakat terutama di mata murid-muridnya. Guru memiliki wewenangan penuh atas muridnya dan murid tidak berani untuk melawan guru.

Ekspedisi Mudik 2024

2. Jadwal Sekolah Padat

Di Indonesia, jam pelajaran sekolah biasa berlangsung selama 8 jam sehari. Namun, berbeda dengan sistem belajar di Korea yang memiliki beberapa kategori ketentuan jam belajar sebagai berikut

a. Siswa umur 13 dan 14 tahun bersekolah sampai jam 5 sore.

b. Siswa umur 15 tahun bersekolah sampai jam 7 malam.

c. Siswa umur 16-18 tahun bersekolah dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam.

Sesudah pulang sekolah, para pelajar di Korea tidak langsung bermain dengan teman sebayanya, namun mereka akan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru saat di sekolah.

Hindari Pemblokiran, Begini Cara Cek Keaslian Ponsel

3. Biaya Sekolah Mahal

Demi menunjang kesuksesan dalam pembelajaran, sekolah-sekolah di Korea melengkapi fasilitas pembelajaran yang berkualitas. Setiap ruang kelasnya dilengkapi dengan komputer yang langsung dengan LCD layar datar. Inilah yang membuat biaya sekolah di Korea menjadi mahal.

Tak hanya itu, seragam sekolah di Korea yang kerap dikenakan oleh para artis Kpop tersebut juga tergolong mahal. Bahkan, harga untuk satu pasang seragam saja dipatok senilai jutaan rupiah. Hal itu disesuaikan dengan desain yang unik dan lucu pada seragam sekolah di Korsel.

4. Sekolah Full Sampai Weekend

Sabtu merupakan hari pendek bagi para pelajar di Indonesia, terlebih saat ini sekolah-sekolah meliburkan para muridnya pada Sabtu. Di Korsel, para pelajar masih harus belajar secara fullday sama seperti hari Senin sampai Jumat. Bahkan, tak jarang di hari Minggu pun mereka akan tetap pergi ke sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Berbeda dengan jadwal ekskul yang ada di Indonesia yang biasa memanfaatkan hari Jumat dan Sabtu.

Sempat Viral Foto Petugas RSPI Diduga Tangani Pasien Corona

5. Kadang ada hukuman Fisik

Hukuman fisik yang diberikan oleh guru di Korsel kepada muridnya terkadang masih berlaku. Sistem pendidikan di Korsel memang masih kental dengan prinsip kedisiplinan secara fisik. Namun, kini kabarnya akan ada pemantauan ketat guna mencegah terjadinya kekerasan guru ke siswa dan pelanggaran HAM.

6. Wajib Ikut Bimbel

Kendati sudah belajar selama 16 jam di sekolah, namun para pelajar Korea masih harus disibukkan untuk belajar lagi dengan cara mengikuti bimbingan belajar (bimbel) atau les atau Hagwon. Di Korsel, para pelajar diwajibkan mengikuti bimbel seusai pulang sekolah. Maka, rata-rata para pelajar SMA di Korsel bisa tiba di rumah sekitar tengah malam.

7. Pentingnya Ujian Masuk Universitas

Penilaian masuk universitas merupakan kombinasi dari pencapaian selama masa SMA digabungkan dengan nilai waktu tes skolastik secara nasional. Rapor semasa SMA menyumbang 40% dalam penentuan kelulusan masuk universitas. Di Korsel, karena ujian masuk universitas dianggap terlalu penting, selama masa-masa mendekati ujian, perkantoran buka jam 10 pagi untuk mengakomodasi para orang tua yang menemani anaknya belajar hingga malam.

Tak hanya itu, tempat-tempat rekreasi pun banyak ditutup lebih awal agar para siswa dapat memanfaatkan waktu belajar di sore hari. Sementara tepat pada hari ujian, polisi-polisi tak segan untuk membantu mengantar para pelajar yang terlambat mengikuti ujian. (Bunga Oktavia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya