SOLOPOS.COM - Ilustrasi guru (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Pendidikan Boyolali, Pemkab Boyolali kekurangan 99 guru produktif di jenjang SMK.

Solopos.com, BOYOLALI–Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Boyolali mendata hingga saat ini sekolah menengah kejuruan (SMK) di Boyolali masih kekurangan 99 guru produktif.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Guru produktif adalah guru yang mengajar tentang keterampilan praktek, seperti industri, otomotif, mesin. Jumlah guru produktif di 45 SMK di Boyolali tercatat hanya 134 guru.

Kekurangan guru produktif menjadi ironi karena jumlah SMK di Boyolali lebih banyak dibandingkan jumlah SMA. Selain itu, guru produktif lebih banyak terpusat di SMK-SMK yang ada di kota. Di satu sisi, sekolah-sekolah berbasis ketrampilan ini justru mengalami kelebihan guru adaptif normatif sebanyak 46 guru.

“Guru adaptif normatif itu guru yang mengajar mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia , PPKn, dan Bahasa Inggris. Banyak sekali guru-guru mata pelajaran ini yang terpaksa harus mengemis jam pelajaran untuk memenuhi syarat sertifikasi,” kata Kabid SMA/SMK Disdikpora Boyolali, Suyanta, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (18/4/2016).

Untuk mengatasi kendala minimnya guru produktif, biasanya sekolah akan mendatangkan guru tidak tetap (GTT) yang diangkat oleh komite dan menyesuaikan kebutuhan sekolah. “Selain guru produktif yang berbasis keterampilan, SMK-SMK di Boyolali juga masih kekurangan guru Bahasa Jawa dan guru agama.”

Suyanta menjelaskan animo warga menyekolahkan anaknya di SMK cukup tinggi. Berdasarkan angka partisipasi dasar, idealnya di Boyolali tambah lima SMK lagi. Namun, untuk mendirikan sekolah SMK tidak mudah. Tahun ini, Boyolali sedang membangun SMK Negeri di Nogosari dan siap dibuka tahun ajaran 2016-2017.

Kasi Kurikulum SMA/SMK, Lasno, akan menjadi pejabat sementara Kepala Sekolah di SMK Nogosari yang dibangun di Desa Pojok. Dengan penambahan satu SMK, maka kekurangan guru produktif akan semakin bertambah. “Untuk sementara, kelebihan guru normatif adaptif nanti bisa dialihkan ke Nogosari. Kalau kekurangan guru produktif kami tunggu pemerataan setelah alih kewenangan SMA/SMK di provinsi,” kata Lasno.

Menurut Lasno, Boyolali saat ini sangat membutuhkan sekolah kejuruan dengan jurusan yang bisa mendukung industri di Boyolali. Misalnya, teknik komputer jaringan, tata busana butik, perhotelan, teknik bangunan, dan teknik pemeliharaan mesin. Teknik pemeliharaan mesin baru ada satu di SMK Klego. Di satu sisi, sudah ada beberapa jurusan yang dianggap mulai jenuh misalnya jurusan teknik otomotif. “Jurusan ini mulai jenuh karena peminatnya banyak tetapi serapan pasarnya sangat sedikit.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya