SOLOPOS.COM - Suasana Lomba Sandiwara Boneka Guru TK se-Karanganyar di TK Negeri Pembina, Bejen, Senin (24/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Pilar Sidik Pratomo)

Suasana Lomba Sandiwara Boneka Guru TK se-Karanganyar di TK Negeri Pembina, Bejen, Senin (24/9/2012). (JIBI/SOLOPOS/Pilar Sidik Pratomo)

Begitu banyak cerita fabel yang akrab di telinga anak-anak Indonesia, terlebih dongeng Kancil, seperti Kancil Mencuri Ketimun, Kancil yang Licik dan beberapa turunannya. Bagi guru Taman Kanak-kanak (TK) Bintang Kecil Colomadu, Parijan, kepada Solopos.com, Senin (24/9/2012), judul-judul cerita tersebut tidak baik bagi perkembangan psikologis anak-anak. Menurutnya, kata-kata seperti mencuri, licik, menerkam, mencabik dan sejenisnya yang sering muncul dalam dongeng Kancil mengandung unsur kekerasan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami sebagai pendidik anak-anak harus mulai menghilangkan kata-kata itu dalam bercerita, menggantikan kata tersebut dengan kata yang lebih halus, seperti pandai, cerdas, baik hati atau bahkan mengganti cerita yang tidak memungkinkan mendidik anak menjadi tidak baik,” papar Kak Jaja, sapaan akrab Parijan.

Memori otak anak-anak masih sangat labil dan mudah menyerap juga menyimpan bahasa-bahasa yang ada di lingkungan mereka. Kak Jaja yang saat itu sedang berkompetisi dalam Lomba Sandiwara Boneka Guru TK se-Karanganyar di TK Negeri Pembina, Bejen menekankan perlunya guru mengolah bahasa agar mengubah asumsi anak-anak terhadap hal-hal yang buruk, kejam atau mengerikan.

Kak Jaja dan rekannya dari TK Al-Huda Colomadu, Nurhidayah Marmiati, mewakili Ikatan Guru TK (IGTK) Colomadu bersaing memperebutkan gelar juara terbaik melawan 14 kelompok perwakilan masing-masing kecamatan. Seharusnya ada 17 kelompok peserta yang tampil, tapi hanya ada 15 yang unjuk gigi karena perwakilan Jenawi dan Mojogedang berhalangan hadir. Tiap peserta membawa peranti yang dibutuhkan sendiri, seperti kotak panggung boneka lengkap dengan pernak-pernik hiasan, boneka tangan dan perangkat sistem suara. Cerita yang dibawakan pun beragam dan berbau cerita anak, seperti Pesta Ulang Tahunku, Tina Sakit Gigi, Anak Durhaka dan sebagainya.

Sekretaris acara, Sri Atmini, yang pada kesempatan itu tampil sebagai pembawa acara, menjelaskan cerita yang dibawakan oleh masing-masing peserta diutamakan cerita anak-anak rekaan sendiri. Durasi tampil 8-10 menit. Boneka yang ditampilkan pun harus proporsional. “Kalau semut, ya harus lebih kecil dari boneka manusia. Gajah harus lebih besar dari manusia. Sosok boneka yang ditampilkan proporsinya harus seimbang, sesuai kenyataan,” jelas Sri.

Bagi seorang dalang sandiwara boneka, menurut Jaja, minimal memiliki delapan karakter suara. Dalang senior sandiwara boneka bahkan bisa menguasai 40 karakter suara. Bagi Jaja, batasan waktu dan perpindahan peran menjadi kesulitan tersendiri saat berkompetisi. Latihan sepekan penuh pun terbayar sudah. Kak Jaja dan Nurhidayah berhasil menyabet juara I dalam kompetisi itu. Keduanya berhak mewakili Karanganyar dalam kompetisi Sandiwara Boneka tingkat Jateng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya