SOLOPOS.COM - Sejumlah anak menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/M Agung Rajasa)

Menkes mengungkapkan anak-anak asmat menderita TBC, kurang gizi, dan busung lapar. Dia menduga perut anak-anak berisi cacing.

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan dr. Nila Djoewita Moeloek mengatakan pemerintah harus menolong anak-anak yang terdampak kasus campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Terus terang saya katakan, mereka manusia, kita harus menolongnya,” kata Nila dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Merdeka Barat 9 di Aula Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (29/1/2018).

Menurutnya, Nila menyaksikan sendiri kondisi anak-anak yang terdampak kasus campak dan gizi buruk di Asmat. Nila mengatakan anak-anak tersebut mengalami kekurangan gizi dan busung lapar. Perut anak-anak tersebut buncit. Sebagai dokter, Nila menduga perut tersebut berisi cacing.

Selain itu, menurut pengamatannya, pernafasan anak-anak tersebut juga tersengal-sengal. Nila menduga sebagian anak-anak tersebut mengalami penyakit tuberkulosis (TBC) juga.

Kementerian Kesehatan mengklaim penanganan kasus campak dan gizi buruk itu berjalan sesuai kebutuhan dan bersifat kolaboratif bersama kementerian serta lembaga terkait seperti Kementerian Sosial, TNI dan Polri. “Kami membuat program 10 hari pertama ini sudah, 10 hari dilakukan beberapa kegiatan sampai tiga kali, sampai satu bulan,” paparnya.

Pada 16 Januari 2018, Kementerian Kesehatan mengirim 39 tenaga kesehatan yang terdiri dari 11 orang dokter spesialis, 4 orang dokter umum, 3 perawat, 2 penata anestesi dan 19 tenaga kesehatan yang terdiri dari ahli gizi, kesehatan lingkungan, dan surveilans.

Setelah itu, pada 26 Januari 2018, Kementerian Kesehatan menerjunkan tim Flying Health Care (FHC) gelombang kedua yang bakal bertugas selama 10 hari dengan 36 tenaga kesehatan. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan menyiapkan 9 gelombang FHC yang akan berlangsung sekitar 3 bulan.

Kementerian Kesehatan mengklaim jumlah obat yang dikirim mencapai 1,2 ton obat untuk pengendalian KLB gizi buruk dan campak di Asmat. Obat-obatan tersebut antara lain amoksisilin, salep anti bakteri, parasetamol, infusion, vitamin dan obat-obat lain yang dikemas dalam bentuk tablet, kapsul, botol dan boks.

Menurut data pemerintah, tim kesehatan terpadu memastikan sudah memeriksa 12.398 anak sejak bulan September 2017 hingga 25 Januari 2018 kemarin. Menteri Kesehatan mengonfirmasi terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk.

Di samping itu, 25 anak diduga mengalami campak dan 4 anak yang terkena campak dan gizi buruk. Mereka ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats dan tim gabungan Dinas Kesehatan Provinsi Papua serta Kabupaten Asmat.

Berdasarkan data di Posko Induk Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Asmat di Agats disebutkan 37 anak meninggal di Distrik Pulau Tiga, 15 anak di Distrik Fayit, 8 anak di Distrik Aswi, 4 anak di Distrik Akat dan 6 lainnya meninggal di RSUD Agats. Wabah campak dan gizi guruk dari September 2017 hingga 24 Januari 2018 mengakibatkan 65 orang meninggal akibat gizi buruk, 4 anak lainnya karena campak dan 1 orang karena tetanus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya