SOLOPOS.COM - Warga berburu ikan saat fenomena bladu di Sungai Bengawan Solo di Kampung sewu, Solo. (tangkapan layar video Budi Utomo)

Solopos.com, SUKOHARJO — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo angkat bicara terkait dugaan pencemaran air Sungai Bengawan Solo disebut berasal dari limbah ciu Bekonang, Mojolaban. Dugaan pencemaran dari limbah ciu ini bahkan disebut mengganggu suplai air bagi 4.500 pelanggan PDAM Kota Solo.

Kepala DLH Sukoharjo Agustinus Setiawan mengatakan segera mengecek lokasi sumber pencemaran air Sungai Bengawan Solo yang diduga berasal dari buangan limbah perajin ciu di kawasan Bekonang, Mojolaban.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Permasalahan ini klasik terjadi setiap tahun saat memasuki musim kemarau di mana debit air Sungai Bengawan Solo menurun sehingga tingkat pencemaran air semakin tinggi dan terlihat di permukaan.

Baca Juga: Waktu Dine In Warung Makan di Sukoharjo Diperlonggar Jadi 60 Menit Lur…

Namun yang menjadi persoalan, Agustinus menilai limbah ciu dari Bekonang selalu menjadi kambing hitam setiap dari masalah pencemaran air sungai tersebut. Padahal Sungai Bengawan Solo di wilayah perbatasan Sukoharjo dan Kota Solo terdapat pertemuan aliran anak sungai, seperti Sungai Langsur, Sungai Samin, dan Kali Jenes.

Tiga Anak Sungai Bengawan Solo Punya Andil

“Aliran tiga anak Sungai Bengawan Solo ini semuanya memiliki andil dalam pencemaran air. Banyak UMKM tekstil dan printing yang limbahnya juga mencemari air sungai. Tapi yang selalu menjadi tudingan selama ini limbah ciu,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com dijumpai di ruang kerjanya, Selasa (7/9/2021).

Agustinus tak memungkiri masih ada beberapa perajin ciu yang nakal membuang limbah ke aliran sungai dan mencemari lingkungan. Ia pun akan melakukan pengecekan ke lokasi untuk memastikan sumber pencemaran air apakah memang berasal dari limbah ciu atau lainnya.

Baca Juga: Membingungkan! Begal di Mojolaban Sukoharjo Ini Rampas Motor Lalu Ditinggal di Pinggir Jalan

Selama ini, Pemkab Sukoharjo telah mendorong perajin ciu mengolah limbah buangan ciu untuk digunakan warga sebagai pupuk organik cair guna perbaikan struktur tanah yang rusak. Selain itu pupuk tersebut dapat digunakan untuk mengurai pupuk kimia yang terserap tanah.

Pengolahan hasil air limbah ini bahkan sudah dilakukan sejak puluhan tahun silam. Selain pemanfaatan pupuk organik, ia menambahkan limbah ciu juga diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibangun Pemkab Sukoharjo sejak 2002 lalu.

Sukarelawan Pengawas Limbah Alkohol

Meskipun IPAL tersebut saat ini tak lagi mampu menampung seluruh limbah alkohol dari para perajin. “Limbah itu tidak hanya diolah di IPAL saja, tapi juga digunakan untuk pupuk organik. Kalau ada yang masih buang limbah ke sungai itu hanya oknum,” katanya.

Baca Juga: Terapkan Prokes Ketat, Disdukcapil Sukoharjo Mulai Layani Rekam Data E-KTP

Agustinus mengatakan para perajin alkohol atau ciu memiliki komitmen dan tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan termasuk agar tidak menimbulkan pencemaran Sungai Bengawan Solo.

Salah satunya membentuk sukarelawan pengawasan limbah alkohol, namun pengawasan tidak bisa dilakukan selama 24 jam nonstop. Bagi perajin yang kedapatan membuang limbah ke sungai langsung dilaporkan ke aparat kepolisian agar ada penindakan.

“Kami tidak main-main menindak perajin yang nakal buang limbah ke sungai. Beberapa perajin bahkan sudah ada yang kami tindak tegas,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya