SOLOPOS.COM - Sejumlah ibu mendatangi Balai Desa Boto, Wonosari, Selasa (2/2/2016) pagi. Lantaran dirugikan dengan keberadaan kandang ayam di Boto, ibu-ibu tersebut mendatangi balai desa setempat. (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Pencemaran lingkungan Klaten, akibat polusi yang ditimbulkan dari tiga kandang ayam di Desa Boto, puluhan warga menuntut penutupan kandang ayam.

Solopos.com, KLATEN–Puluhan warga menggeruduk Balai Desa Boto, Wonosari, Selasa (2/2/2016) pagi. Mereka menuntut penutupan tiga kandang ayam di daerah setempat lantaran dinilai menimbulkan bau tak sedap dan menjadi pusat berkembangbiaknya lalat. Lokasi kandang yang tersebar di Dukuh Tanggul dan Dukuh Boto itu hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari permukiman warga.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com di lapangan, selain warga Boto, Kepala Desa (Kades) Sekaran, Hery Tri Marjono juga ikut aksi. Kawasan Sekaran yang bersebalahan dengan Boto juga terdampak bau tak sedap dan serbuan lalat dari kandang ayam di Desa Boto.

Ekspedisi Mudik 2024

Selama di balai desa Boto, kehadiran puluhan warga itu disambut Kades Boto, Mashudin beserta jajarannya. Guna mencari solusi bersama, akhirnya pemerintah desa (pemdes) setempat, langsung menggelar audiensi dengan warga. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, yakni Camat Wonosari, Pandiyanto; Kapolsek Wonosari, AKP Parnoto;perwakilan pemilik tiga kandang ayam di Boto, yakni Darus Salam, Daniel, dan Doni; dan perwakilan Koramil Wonosari. Audiensi kali ini merupakan audiensi kali kedua. Sebelumnya, warga dengan pemilik kandang telah duduk bareng di balai desa Boto Mei 2015.

Sebelum audiensi dimulai, Sekretaris Desa Boto, Koesno Widodo, membacakan hasil audiensi Mei 2015, yakni kesediaan pemilik kandang menjaga kebersihan, mengurangi munculnya bau dan lalat, sanggup berpartisipasi dalam pembangunan fisik. Selama pemilik kandang tak memenuhi tiga persyaratan itu, pemilik kandang siap menutup usahanya.

Audiensi yang berakhir pukul 13.00 WIB itu berjalan alot. Warga meminta pemdes dan kecamatan untuk menutup kandang lantaran tak mengantongi legalitas usaha. Sementara, para pemilik kandang siap merealisasikan janjinya untuk mengurangi bau dan lalat yang masuk ke permukiman warga. Pemilik kandang memberi sinyal tak setuju kalau kandang ditutup.

“Kalau tidak ada izin, ditutup saja. Tidak perlu lagi ada dialog,” kata salah satu warga Boto, Harjono, sembari meninggalkan Balai Desa Boto.

Hal senada disampaikan tokoh masyarakat Boto, Wiyono. Dalam beberapa pekan terakhir, dirinya selalu memperoleh masukan dari masyarakat yang tinggal tak jauh dari kandang ayam. Para warga meminta masalah tersebut segera dicarikan solusi.  “Terutama sekali persoalan bau dan lalat. Itu yang belum teratasi,” katanya.

Sementara, perwakilan pemilik kandang, Darus Salam, mengaku siap mengevaluasi kinerjanya selama merawat kandang. Ke depan, Darus Salam siap menjalin hubungan dengan warga sekitar, terutama dalam memberantas lalat.

“Kami sudah berusaha maksimal untuk mengusir lalat. Kami siap memberi obat pembasmi lalat ke warga,” katanya.

Lantaran warga dengan pemilik kandang saling memegang teguh pendiriannya, audiensi tersebut berjalan buntu. Kades Boto, Mashudin, memberi waktu kepada para pemilik kandang hingga pertengahan Februari 2016 guna mencari solusi terkait merebaknya lalat ke permukiman warga.

“Saya selaku kades belum pernah memberikan izin pendirian kandang. Di sini yang terpenting mencari solusi. Warga meminta ada penyelesaian soal lalat itu, kalau tidak ada tindak lanjut, warga minta ditutup. Sementara, pemilik kandang meminta waktu hingga 15 Februari mendatang. Jadi, antara warga dengan pemilik kandang akan datang lagi ke sini nanti,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya