SOLOPOS.COM - Sejumlah pesilat menunjukkan keterampilan mereka di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (22/3/2022). Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bersama sejumlah komunitas budaya mengadakan pergelaran seni budaya yang bertujuan memperkenalkan kebudayaan pencak silat serta mengangkat kembali tradisi dan budaya. (Antara/Asprilla Dwi Adha)

Solopos.com, SOLO — Bermula dari nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki cara  melindungi diri dan mempertahankan hidup dari tantangan alam, mereka menciptakan teknik bela diri dengan menirukan gerakan binatang di alam sekitarnya.

Mereka menirukan gerakan kera, harimau, ular, burung elang, dan sebagainya. Bela diri juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut peneliti silat, Donald F. Draeger, untuk mengetahui sejarah dan berkembangnya silat dapat dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Buddha). Pahatan relief-relief tentang sikap kuda-kuda silat ada di Candi Prambanan dan Borobudor. Penjelasan lengkap tersaji di Pencak Silat Nusantara, dari Mataram, Sumatra Lalu Mendunia.

Pada era 1980-an anak-anak kecil berusia sekitar lima tahun hingga 12 tahun sering mendengar cerita dari kawan bermain atau dari orang-orang yang lebih tua mengenai penculikan anak-anak.

Pada waktu itu anak-anak yang mendengar cerita tentang penculikan pasti sangat ketakutan. Hal itu berakibat apabila ada orang yang tidak dikenal melintas atau ada nobil jip berpintu belakang melintas di jalanan anak-anak menjadi waspada dan ketakutan.

Hoaks tentang penculikan anak-anak untuk tumbal itu merentang sejak zaman Hindia Belanda hingga era teknologi informasi dan komunikasi kini. Pada era media sosial, dampak hoaks penculikan anak menjadi makin meresahkan. Simak kisah lengkapnya di Cerita dari Mulut ke Mulut tentang Penculikan Anak-Anak untuk Tumbal.

Kongres Kebudayaan Desa 2022 yang berlangsung sejak masa persiapan pada Maret 2022 hingga Oktober 2022  menginisiasi pembentukan kaukus desa mandiri tanpa korupsi.

Tahap awal pembentukan kaukus ini akan melibatkan kepala-kepala desa berusia muda yang berpikiran maju dan progresif. Satu syarat lagi yang sangat penting yaitu mereka terpilih dalam pemilihan kepala desa yang tanpa politik uang.

Masalah korupsi di tingkat desa merupakan masalah yang kian kompleks selama bertahun-tahun terakhir. Pada 2020 lalu, Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi Komisi Pemberantasan Korupsi, Sujanarko, mengatakan diperlukan pendekatan dengan komunitas untuk mencegah korupsi di desa. Duduk perkara bisa dibaca di Jalan Terjal Mewujudkan Desa Antikorupsi.

Islamisasi yang dilakukan Sunan Kalijaga di Pulau Jawa berpengaruh besar bagi perkembangan Islam pada periode selanjutnya. Pengembangan ajaran Islam melalui pendekatan budaya menjadikan Islam mudah diterima oleh masyarakat. Proses islamisasi ala Sunan Kalijaga berlangsung ketika masyarakat masih memeluk kepercayaan lama animism dan dinamisme.

Islamisasi kala itu juga berlangsung di tengah masyarakat yang memeluk agama Hindu dan Buddha. Sunan Kalijaga benar-benar memahami keadaan rakyat pada saat itu sehingga metode yang dia pakai diterima. Kisah lengkap bisa dibaca di Kidung Rumeksa ing Wengi Sunan Kalijaga Tak Sekadar Tolak Bala.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya