SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pencabulan. (Solopos/dok)

Pencabulan Wonogiri, empat pemuda yang memerkosa remaja Jatiroto setahun lalu belum tertangkap.

Solopos.com, WONOGIRI — Hampir setahun berlalu sejak peristiwa tragis itu dialami remaja asal Jatiroto, Wonogiri, RA. Tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-16, 29 September 2016, RA kehilangan kehormatannya yang direnggut empat pemuda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kejadian malam hari di Hutan Dungkul itu masih kerap menghantui RA. Wajah para pelaku dan rekan mereka yang turut menyaksikan kerap merasuki pikirannya hingga sekarang. (Baca: Siswi SMP Wonogiri Diperkosa 4 Pemuda di Hari Ultahnya)

RA juga kadang bermimpi seolah kejadian itu terulang kembali. Setiap peristiwa dalam mimpi itu seperti nyata. Benar-benar setahun yang menyiksa batin bagi RA.

Ditemui Solopos.com, Senin (4/9/2017), RA mencurahkan isi hatinya. Dia menyadari luka batinnya itu akan menyertainya seumur hidup. Namun, setidaknya remaja berjilbab itu bisa sedikit tenang apabila para pelaku mendapatkan hukuman setimpal.

Namun, harapannya itu saat ini masih sebatas angan. RA tahu betul siapa yang memerkosanya karena mereka tetangga dekat rumahnya.

Mereka adalah AT, Ok, Dn, dan Ekw. Ada tiga orang lainnya yang turut menyaksikan. Mereka hingga sekarang masih berkeliaran bebas entah di mana.

“Kalau saya pantau melalui Facebook, ada dua orang yang kadang memperbarui status. Dia menyamarkan nama dan tak menampilkan foto. Tapi dari apa yang dibicarakannya dengan teman-temannya, saya yakin dia orangnya. Yang satu Ok, yang satu Ed [teman Ok yang menyaksikan perkosaan],” kata RA melalui sambungan telepon.

Dalam salah satu percakapan di Facebook, Ed diminta temannya pulang. Ed menjawab akan pulang jika tiba waktunya. Saat pulang nanti dia ingin melihat perkosaan yang dialami RA terulang lagi.

Bahkan, menurut RA, Ed sempat mengancam akan membunuhnya saat pulang nanti. Pada perbincangan itu Ed dan teman-temannya justru menghakimi RA sebagai anak nakal. Bahkan, beberapa warga sekitar rumahnya pun menganggap demikian. Pandangan miring itu melipatgandakan siksa batinnya.

Orang tua RA merasakan kegetiran yang sama. Mereka tak tenang selama para pelaku belum tertangkap. Bapak RA, Gy, 42, mengatakan sejak setahun terakhir tak merantau seperti sebelumnya.

Dia tak tega meninggalkan putrinya di rumah hanya bersama istrinya. Dia khawatir istri dan RA mendapat perlakuan tak menyenangkan dari orang-orang yang sejak awal tak senang dengan keluarganya.

Kini Gy bekerja serabutan. Kadang menjadi pencari emas di Selogiri, kadang menjadi kuli bangunan. Pendapatannya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan.

Setelah RA lulus SMP, Gy hanya mengursuskannya di tempat pelatihan rias. Hal itu supaya setelah lulus kursus RA bisa bekerja untuk membantu meringankan beban orang tua.

“Sejak awal keluarga pelaku tak senang karena saya melapor ke polisi. Dulu mereka ingin masalah diselesaikan secara kekeluargaan. Mana bisa seperti itu. Kalau soal maaf, kami sudah memaafkan. Tapi para pelaku tetap harus mendapat hukuman setimpal,” kata Gy.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP M. Kariri, hingga berita ini ditulis, Senin sore, belum bisa dimintai konfirmasi karena sedang menjalani analisis dan evaluasi dari Polda Jateng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya