SOLOPOS.COM - Suasana Sunday Market di kawasan Stadion Manahan, Solo, Minggu (30/10/2016). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Penataan PKL Solo, penataan PKL Sunday Market Manahan dinilai belum optimal.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengunjung menilai penataan pedagang kaki lima (PKL) Sunday Market di kompleks Stadion Manahan, Solo, Minggu (30/10/2016), belum optimal sehingga membuat pengunjung tak nyaman.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu pengunjung Sunday Market, Galuh Sekar Melati, 26, menyebut lapak PKL Sunday Market masih semrawut. Dia merasa tidak nyaman karena banyak PKL yang mendirikan lapak menggunakan tali yang dikaitkan pada pohon maupun lapak lain di Manahan.

Selain tidak enak dipandang, keberadaan tali-tali tersebut cukup mengganggu perjalanan pengunjung. “Saya melihat banyak PKL mendirikan lapak tidak rapi. Mereka mengikatkan tali ke sana dan kemari. Bahkan ada tali dan semacam kain yang terpasang rendah di tengah jalan sehingga memaksa pengunjung harus menunduk saat lewat area itu,” kata Galuh saat ditemui Solopos.com di area Sunday Market, Minggu (30/10/2016).

Selain persoalan tali, Galuh menyesalkan banyak PKL yang menggelar dagangan di luar area lapak. Dia mencontohkan lapak di bawah velodrome kini kosong.

Para PKL yang mendapatkan lapak di sana malah berjualan di sekitar lapak PKL lain dekat jalan beraspal. Menurut Galuh, hal itu berpotensi merusak rumput di taman. Dia menyarankan Pemkot rutin mengawasi PKL.

“Saya sering ke Sunday Market. Saya sepakat dengan konsep penataan Sunday Market oleh pemerintah sekarang. PKL dipusatkan di sekitar velodrome sehingga tercipta banyak ruang kosong di Manahan yang bisa dimanfaatkan untuk berolahraga. Hanya setelah ditata, Pemkot tidak boleh berhenti begitu saja. Harus ada pengawasan agar PKL  benar-benar tertata rapi,” kata Galuh.

Pengunjung lainnya, Suhartini, 43, juga mendukung konsep penataan Sunday Market oleh Pemkot yang memusatkan PKL di sekitar velodrome. Meski demikian, menurut dia, penataan tidak boleh berhenti hanya sampai tahap pemindahan PKL ke lokasi baru.

Suhartini menilai Pemkot perlu mengawasi gerak-gerik PKL di Manahan secara berkala. “Banyak PKL yang menggelar dagangan sampai ke jalan. Di utara patung [Rama-Shinta] misalnya. Pengunjung sampai berimpitan karena sebagian jalan digunakan pedagang untuk berjualan. Pedagang makanan juga banyak yang menggelar tikar lebar di rerumputan. Taman bisa rusak kalau semua lahannya dipakai,” ujat Suhartini.

Ketua Serikat Pedagang Minggu Pagi Manahan (SPMPM), Joko Santoso alias Yuli de Santos, mengakui cukup banyak PKL yang berjualan di luar area lapak masing-masing. Sebagian besar PKL yang melakukan itu adalah yang berjualan di bawah velodrome.

Dia juga mengakui cukup banyak PKL yang melanggar ketentuan dengan membawa kendaraan ke sekitar lapak. “Kami sudah mengimbau PKL untuk menempati lapak sesuai jatah masing-masing. Alasan mereka pindah tempat karena sepi pembeli. Lapak susah diakses pengunjung. Kami juga sudah memberitahu para PKL untuk menata kendaraan di kantong-kantong parkir yang tersedia. Kalau kendaraan dibawa masuk ke lapak, jadi terkesan semrawut,” jelas Yuli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya