SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Penataan PKL Solo, PKL di kawasan Jurug yang terkena proyek pembangunan parapet enggan pindah.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo, Jurug, enggan pindah dan meminta tetap diijinkan berjualan meski sedang berlangsung pembangunan parapet.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Inginnya sih enggak pindah. Ingin tetap diijinkan berjualan karena pembangunan parapet kan di belakang kios. Apalagi pelanggan juga tahunya saya berjualan di sini,” kata Winarsih, saat ditemui Solopos.com di warungnya, Rabu (16/11/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Winarsih menuturkan di bantaran sedang ramai-ramainya. Saban hari ia bisa mengantongi Rp1 juta. Bahkan, saat akhir pekan omzetnya mencapai Rp1,7 juta-Rp2 juta.

Keputusan untuk pindah atau bertahan ditetapkan Kamis (17/11/2016) pada sosialiasi dari Pemkot di Pendapa Kelurahan Pucangsawit. “Kalau pindah, saya harus cari tempat lagi. Tapi, ya pasrah wong ini bukan tanah saya. Saya masih menunggu hasil sosialiasi besok [Kamis]. Saya siap pindah asalkan dicarikan tempat baru,” tutur dia. Baca juga: Kena Parapet dan Jadi Lokasi Mesum, Lapak 19 PKL Dikosek

Pedagang lain, Wahyuni, 53, menghendaki hal serupa. Warga RT 006/RW 010 Kelurahan Pucangsawit tidak menuntut ganti rugi kepada Pemkot. Ia akan pindah asalkan Pemkot menyediakan tempat baru.

“Saya sadar ini bukan tanah saya. Tapi, kalau harus pindah, saya harap Pemkot menyediakan tempat baru dulu,” kata Wahyuni, diikuti anggukan temannya sesama PKL, Kartini, 42.

Wahyuni berjualan di bawah jembatan Jurug, tapi tidak mepet ke sungai. Ia menilai warungnya tidak menggangu pembangunan parapet yang berada di belakang warungnya. Ia menilai pembatas seng sebagai pemisah warung dan pembangunan parapet sudah cukup.

Pedagang lain, Rudi Priyanto, warga RT 003/ RW 001, Kelurahan Pucangsawit, mengeluhkan sikap Pemkot yang berubah-ubah. Sebelumnya, Pemkot meminta ia menggeser warungnya maju menjauh dari tepi sungai.

Ia diberi bantuan senilai Rp200.000 untuk membangun kembali warungnya. “Tapi, kok ini sekarang malah dibangun pagar. Saya diminta pindah lagi. Saya baru saja perbaiki warung habis Rp500.000. Terus saya harus pindah ke mana?” kata Rudi.

Rudi berharap Pemkot bisa menyediakan tempat berjualan bagi PKL. “Saya berharap Pemkot bisa menyediakan tempat baru sebelum PKL pindah. Berjualan laku atau tidak itu urusan belakang. Yang penting pedagang sudah ikhtiar,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya