SOLOPOS.COM - Pekarangan rumah milik warga Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Larsiti, berhasil ditanami pepaya kalifornia, Kamis (24/3/2022). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah menjalankan program Rumah Pangan Terpadu sejak setahun lalu.

Program yang dilaksanakan guna menjawab tantangan pemerintah pusat mewujudkan ketahanan pangan di desa. Sebelum pemerintah pusat menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No.104/2021 dan mengatur penganggaran 20 persen dana desa untuk program ketahanan pangan dan hewani pada 2022. Pemerintah Desa (Pemdes) Slogoretno telah menerapkan kebijakan tersebut pada 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Program yang kami namakan Rumah Pangan Terpadu sudah dimulai sejak 2021 dan ada hasil laporan. Sasarannya seluruh rumah tangga tapi secara bertahap. Setiap tahun penganggaran disesuaikan dana yang ada,” kata Kepala Desa (Kades) Slogoretno, Suparmanto, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (23/3/2022).

Baca Juga : Anggaran Ketahanan Pangan Desa di Wonogiri Perkuat Sektor Pertanian

Manto mencontohkan pada 2021, Pemdes Slogoretno mengeluarkan Rp98 juta untuk program tersebut. Tahun ini, dia tak lagi khawatir soal dana untuk ketahanan pangan. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dana desa untuk ketahanan pangan.

Program yang menguras dana hampir Rp100 juta itu, sebut Manto, tak dimaksudkan untuk membangun irigasi dan jalan usaha tani sebagaimana umumnya dilakukan desa-desa lain. Ia memilih program ketahanan pangan berbasis keluarga dengan membuat warung hidup di masing-masing rumah tangga.

“Maksudnya, di setiap pekarangan rumah kami ambil beberapa meter. Ditaruh tanaman komplet yang dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti cabai, bawang merah, sayuran, lalu sekaligus mencegah stunting. Kami beri bibit pepaya california dan ikan lele, hingga buah yang menjadi ciri khas Desa Slogoretno, yaitu manggis,” jelasnya.

Baca Juga : Anggaran Ketahanan Pangan Desa di Wonogiri Rp42,4 Miliar

Tak Sekadar Obor Blarak

ketahanan pangan rumah tangga
Kolam ikan lele milik warga Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Larsiti, yang didapat dari Pemdes Slogoretno dalam program Rumah Pangan Terpadu sejak 2021. Foto diambil Kamis (24/3/2022). (Istimewa)

Manto menambahkan pendistribusian dilakukan bertahap pada satu rumah tangga (RT) di masing-masing dusun setiap tahun. “Jadi, misalnya tahun ini masing-masing dusun satu RT, tahun depan berganti ke satu RT yang lain,” kata dia.

Ia menargetkan program itu akan selesai dalam empat tahun. Pemdes Slogoretno menggandeng penyuluh dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Wonogiri, Kukuh Subekti. Ia ditugaskan membantu teknis agar mendukung program pemanfaatan pekarangan itu berhasil.

“Saya mewakili Dispertan sebenarnya sangat berterima kasih dengan adanya program ini karena dapat mengenalkan tanaman dan cara tanam ke pekarangan masing-masing. Baik memakai polybag atau menanamnya di tanah langsung,” ucap Kukuh saat dihubungi secara terpisah, Kamis (24/3/2022).

Baca Juga : Diganti Uang, Bansos Sembako di Wonogiri Dibagi 4 Tahap

Ia yang mendampingi warga Desa Slogoretno sejak 2021 mendapat laporan yang menurutnya baik walaupun belum melihat secara langsung. Meski demikian, untuk tahun 2022, ia belum dapat memastikan hasilnya karena warga yang didampingi berbeda dengan tahun sebelumnya. “Baru selesai sosialisasinya,” imbuh Kukuh.

Ia berharap program stimulan bagi warga Desa Slogoretno ini dapat memotivasi warga agar tak hanya sekadar obor blarak. Tapi juga menjadikannya berkelanjutan. Menurut Kukuh ketahanan pangan melalui rumah pangan terpadu seperti di Desa Slogoretno ini minimal dapat menekan pengeluaran rumah tangga.

Baca Juga : Lebih Menguntungkan, Warga Wonogiri Tanam Cabai Sendiri

Tak Perlu Belanja

Seperti dialami salah seorang penerima manfaat program ketahanan pangan di Desa Slogoretno, Larsiti. Di pekarangannya ada sejumlah tanaman yang telah tumbuh tinggi dan menunggu panen. Ia mengaku mendapat bantuan kolam ikan berupa base beton dan benih ikan lele, bibit tanaman pepaya california, terung, tomat, cabai, jambu air, hingga bawang merah.

“Perkembangan tanamannya di setiap rumah berbeda-beda, tergantung tanahnya. Kalau di tempat saya, yang paling berkembang itu kates [pepaya] california dan cabai. Lalu ikan lele alhamdulillah bisa bertahan dengan baik sampai sekarang,” ungkap Larsiti, Kamis (25/3/2022).

Baca Juga : Harga Tembus Rp300.000/Kg, Pantas Porang Jadi Idola Petani Wonogiri

Ibu rumah tangga yang tinggal di Dusun Sidowayah RT 002/RW 005, Desa Slogoretno itu mengaku mendapat sosialisasi penanaman sebelum menerima sejumlah bantuan bibit dan alat-alat pengembangan tanaman dan ikan. “Saya dikasih penyuluhan bagaiman merawat, dibekali ilmu menanam, dan sharing antarwarga untuk bertukar pengalaman pascatanam,” ujarnya.

Ia optimistis program ketahanan pangan itu dapat menekan pengeluaran rumah tangganya. Sebab saat panen datang, ia bisa memetik sayur-sayuran dari pekarangan rumah tanpa harus ke pasar atau pedagang sayur lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya