SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Densus 88 (JIBI/Solopos/Burhan Aris Nugraha)

Penangkapan terduga teroris di Solo memang bukan sekali dua kali. Tapi kali ini, Herry “Gogor” Isranto kaget.

Solopos.com, SOLO — Penangkapan seorang pemuda di Panularan, Laweyan, Solo, Selasa (29/12/2015), oleh Densus 88 karena sempat diduga terkait kasus terorisme, membuat Herry Isranto terkejut di siang bolong.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Siang hari sekitar pukul 13.00 WIB, Herry Isranto dikejutkan oleh suara nada dering ponselnya. Saat itu, lelaki yang biasa disapa Gogor ini tengah tidur siang di rumahnya RT 001/RW 008 Kelurahan Panularan, Laweyan, Selasa (29/12/2015). Setelah ia angkat ponselnya, terdengar suara seorang lelaki yang sudah tak asing lagi baginya.

Suara itu dari Kanitreskrim Polsek Laweyan, AKP Agus Pamungkas. “Saya diminta segera ke Mapolsek Laweyan. Katanya, anak saya ditangkap Densus 88,” kisah Gogor saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (1/1/2016).

Pria yang terlibat aktif di dunia persepakbolaan ini langsung tancap gas menuju Mapolsek Laweyan. Dalam batin, ia masih tak percaya atas kabar yang ia terima di siang bolong itu. “Katanya, anak saya kabur saat Densus 88 datang. Padahal, anak saya itu kalau mendengar suara azan, langsung bergegas ke masjid,” kisah Gogor.

Putera Gogor yang dimaksud itu ialah Ayom Penggalih, 33. Putera sulung dari tiga bersaudara ini sehari-hari bekerja di showroom motor Jl. Honggowongso, Laweyan. Ketika Densus 88 menangkapnya tak jauh dari tempat kerjanya, lelaki yang akrab disapa Galih ini sudah merasakan firasat kurang nyaman. Ia melihat ada gelagat beberapa orang membuntutinya sejak dari rumah. “Wajar kami berlari karena curiga dengan gerak-gerik mereka yang mengawasi kami sejak lama,” papar Galih beberapa waktu lalu.

Tertangkapnya Galih ini, tentu saja memukul perasaan Gogor sebagai ayah. Beruntung, Galih akhirnya dilepaskan kembali bersama rekannya yang juga ditangkap, M. Nur Syawaludin. Mereka dilepaskan lantaran dianggap tak terlibat dan tak mengenal Hamzah, terduga terois yang ditangkap Densus. “Anak kami memang ditanyai tentang Hamzah, namun dia tak mengenalnya,” papar Gogor.

Gogor menilai, penangkapan Densus 88 kepada anaknya karena terjadinya salah persepsi. Ia sendiri bisa memahami kinerja Densus 88 yang satu sisi berhak mencurigai siapapun yang dianggap membahayakan. “Kami yakin anak saya tak seperti yang dituduhkan itu,” paparnya.

Atas kejadian ini, Gogor berupaya tak memberitahukan kepada saudara-saudaranya. Ia berharap hanya keluarganya saja yang tahu masalah tersebut. Sedangkan anaknya bisa lekas menjalani pekerjaan sehari-harinya dengan normal tanpa dibayang-bayangi kecemasan. “Hanya keluarga saya yang tahu. Keluarga lainnya tak kami kasih tahu,” paparnya.

Espos/ Aries Susanto
Ayah, Ayom Penggalih, Herry Isranto alias Herry “Gogor” sempat terpukul kaget ketika mendengar anaknya ditangkap Densus 88. Foto diambil Rabu, (30/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya