SOLOPOS.COM - Warga berdiri di atas Watu Suye di dasar Sungai Cemoro, Dukuh Ngrukun, Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen. (Istimewa/Dok. Jumanto)

Solopos.com, SRAGEN Keberadaan batu berdiameter sekitar satu meter di dekat gua petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, dianggap keramat oleh warga setempat.

Pasalnya, batu itu tak bisa dipindahkan ke lokasi lain meskipun warga telah mengerahkan ekskavator serta meminta bantuan dari ahli pemecah batu. Belakangan seorang sesepuh warga memberi tahu batu itu sejatinya adalah nisan seorang panglima perang wanita pengikut setia Pangeran Mangkubumi. Namanya Panembahan Senopati Nyai Tuginah Wiro Atmojo yang merupakan putri Tumenggung Wiro Atmojo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Batu di Gebang Sragen itu hanya satu dari sederet batu yang dinilai keramat oleh warga di Kabupaten Sragen. Berikut 5 batu keramat di Sragen seperti dirangkum dari pemberitaan Solopos.com, Senin (20/9/2021):

1. Batu Sumur Dandang 

Warga Dukuh Precet, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen, sudah tidak asing dengan sumur dandang. Sumur dandang berbeda dengan sumur pada umumnya. Lubang sumur dandang itu berada di tengah batu besar. Sebagian besar permukaan batu itu terpendam dalam tanah.

Hanya permukaan batu bagian atas yang terlihat. Di tengah batu itu, terdapat beberapa lubang. Salah satu lubang berdiameter sekitar 50 cm terdapat sumber air yang tidak pernah kering meski musim kemarau sekalipun. Warga sekitar menyebutnya dengan sumur dandang.

“Tidak ada yang tahu sejak kapan sumur dandang itu muncul. Sejak zaman nenek moyang kami, sumur dandang itu sudah ada. Dulu hampir semua warga sini ngangsu air ke sumur dandang. Sekarang juga masih ada warga yang biasa ngangsu air di sumur dandang, tapi hanya beberapa warga,” ujar Suwarni, 47, warga setempat kala berbincang dengan Solopos.com, Kamis (24/9/2020).

Baca juga: Hati-Hati Lur! Jembatan Trobayan Sragen Retak-Retak, Rawan Ambles

Warga sekitar percaya sumur dandang itu dibuat oleh seseorang yang punya kemampuan magis seperti halnya seorang wali. Lubang pada permukaan batu itu memang bisa dibuat secara manual oleh manusia, namun munculnya sumber air melimpah dari lubang batu itu masih menjadi tanda tanya bagi pengunjung.

“Saya belum bisa mencerna, bagaimana bisa sumber air itu muncul di lubang batu,” kata Yoto Teguh Pambudi, warga Desa Kalangan, Kecamatan Gemolong, Sragen, yang berkunjung ke lokasi.

2. Batu Suye

Ekspedisi yang digelar komunitas Moro Gendeng, Tilik Ibu Pertiwi (TIP) dan Sedulur Jagat Sukowati (Sejati) di Sungai Cemoro di Dukuh Ngrukun, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, beberapa waktu lalu, tidak hanya mengungkap fakta terkait keberadaan gua di tebing kali. Dalam perjalanan menyusuri Sungai Cemoro pekan lalu, mereka juga menemukan sebuah batu raksasa yang oleh warga sekitar disebut Watu Suye.

“Watu Suye itu berjarak sekitar 1 km dari lokasi gua yang berada di tebing Sungai Cemoro. Watu itu berukuran sangat besar, mungkin yang terbesar di Sragen,” ujar Jumanto, peserta ekspedisi dari Komunitas Moro Gendeng, kepada Solopos.com, Senin (21/9/2020).

Baca juga: Gua Kuno Tempat Persembunyian Pangeran Mangkubumi Jadi Objek Wisata di Sragen

Watu suye itu memiliki diameter sekitar 6-7 meter dengan ketinggian sekitar tiga meter. Konon, Watu Suye itu pernah menjadi tempat bertapa Pangeran Diponegoro. “Watu Suye memang ada. Tapi kalau jadi tempat pertapaan Pangeran Diponegoro, saya baru dengar ini. Saya belum paham [mengenai cerita rakyat seputar Watu Suye],” jelas Kepala Desa (Kades) Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Widodo, saat itu.

3. Watu Bandut 

Sukorejo, desa terpencil di Kecamatan Sambirejo, Sragen, dikenal dengan potensi wisatanya yakni Telaga Bandoet. Telaga ini berlokasi di Dusun Jetis, RT 011, sebuah permukiman terpencil di perbukitan lereng Gunung Lawu.

Sugiono, 37, warga Sambirejo, Sragen, duduk di atas balok beton yang menjadi penanda batas wilayah Kabupaten Sragen dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ngawi. Foto diambil belum lama ini. (Moh.Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Tak jauh dari Telaga Bandoet, terdapat sebuah lokasi yang menjadi titik koordinat pemisah Kabupaten Sragen dengan Kabupaten Karanganyar di Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi di Provinsi Jawa Timur. Titik koordinat yang terpantau melalui GPS dengan nomor 07o31’ 27,5” LS 111o08’ 49,4’’ BT itu ditandai dengan tiga buah balok beton. Di dekat tiga balok beton itu terdapat batu besar yang dinamai watu bandut.

”Jadi saat seseorang duduk di atas balok beton itu, dia sudah berada di tiga kabupaten dan dua provinsi sekaligus dalam waktu tercepat yakni satu detik,” jelas tokoh masyarakat Dusun Jetis, Desa Sukorejo, Sukamto, kepada Solopos.com, Selasa (5/4/2016).

4. Eyang Watu “Penunggu” Pasar Kota Sragen

Di tengah kompleks Pasar Kota Sragen terdapat sumur. Tepat di sebelah barat sumur, terdapat salah satu los berisi dua buah batu. Dua buah batu itu ternyata cukup dikeramatkan di kalangan pedagang dan pengunjung pasar.

Para pedagang biasa menyebut dua batu besar itu Mbah Watu atau Eyang Watu. Ada yang menyebut dua batu besar itu sebagai makam Mbah Watu atau Eyang Watu. Ada pula yang menyebut bahwa dua batu itu semacam petilasan dari Mbah Watu. Namun, siapakah Eyang Watu itu, belum ada penjelasan lebih lanjut.

“Dulu setiap malam Jumat Pahing, biasanya selalu ada warga yang datang untuk berziarah. Biasanya mereka datang dari luar kota. Kebanyakan dari wilayah Jawa Timur,” ujar Tiyem, 60, salah seorang pedagang kepada Solopos.com di lokasi, Senin (2/8/2021).

pasar kota sragen
Penampakan dua batu besar bernama Eyang Watu yang dikeramatkan di Pasar Kota Sragen, Senin (2/8/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Bagi sebagian pedagang, Mbah Watu dianggap sebagai “pelindung” mereka dari marabahaya.

“Mbah Watu itu bisa dibilang penunggu pasar. Karena ada penunggunya, nuansa di dalam pasar itu terasa lebih adem. Itu yang membuat pedagang lebih betah berjualan. Pasar ini pernah akan terbakar sekali, tapi tidak membesar. Mungkin karena ada penunggunya itu,” ucap pedagang sepuh yang keberatan disebutkan namanya.

5. Batu di Gebang Masaran

Batu berdiameter sekitar satu meter tak jauh dari gua petilasan Pangeran Mangkubumi di Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, ini menyimpan misteri dan dianggap keramat.

Baca juga: Batu Keramat di Gebang Sragen Diyakini Sebagai Nisan, Begini Ceritanya

Warga setempat sempat hendak memindahkan batu itu ke lokasi lain tapi nyatanya ekskavator pun tak mampu mengangkat batu yang menyimpan misteri tersebut.



“Karena ekskavator tak mampu, kemudian kami mendatangkan tukang ahli pecah batu. Ia sempat datang ke sini. Namun, ia hanya menengok batu itu dan tidak mau memecah batu itu. Bagi warga sekitar, batu itu akhirnya jadi misteri karena tidak bisa dipindah,” kata Tumin, 55, warga sekitar saat ditemui Solopos.com di lokasi, Minggu (19/9/2021).

batu keramat sragen
Penampakan batu yang dikeramatkan warga Dukuh Gebangkota, Desa Gebang, Masaran, Sragen, Minggu (19/9/2021). (Solopos-Moh Khodiq Duhri)

Teka-teki terkait misteri batu keramat di Desa Gebang, Sragen, yang konon tak bisa dipindah itu akhirnya terjawab. Seorang sesepuh warga memberi tahu batu itu sejatinya adalah nisan. Tepatnya nisan seorang panglima perang wanita pengikut setia Pangeran Mangkubumi.

Namanya Panembahan Senopati Nyai Tuginah Wiro Atmojo yang merupakan putri Tumenggung Wiro Atmojo. “Itu cerita dari sesepuh yang paham soal kebatinan. Batu itu dipercaya adalah nisan pemberian Pangeran Mangkubumi sebagai penanda makam anak buahnya yang gugur,” ujar Tumin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya