SOLOPOS.COM - Sejumlah kapal tongkang pengangkut batubara melakukan bongkar muatan di perairan Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (19/7/2021). (Antara/Nova Wahyudi)

Solopos.com, JAKARTA — Harga batu bara acuan atau HBA diprediksi melemah pada Desember 2021 atau berada di bawah harga pada November 2021 yang mencapai US$215,01 per ton. Prediksi itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia.

Hendra mengatakan harga batu bara acuan pada November merupakan rerata dari empat indeks pembentuk harga batu bara acuan pada Oktober yang cukup tinggi. “Sehingga, untuk HBA Desember, kemungkinan tidak lebih tinggi dari HBA November karena di November tren harga menunjukkan penurunan,” ujarnya saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa (9/11/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, Kementerian ESDM menyatakan HBA telah menyentuh angka 215,01 dolar AS per ton pada November 2021 atau naik 33 persen dibandingkan harga bulan lalu senilai 161,63 dolar AS per ton.

“Harga ini merupakan level HBA tertinggi dalam puluhan tahun terakhir,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Senin (8/11/2021).

Baca juga: Potensi Besar, RI akan Dijadikan Pemain Kunci Ekonomi Syariah Dunia

Agung menjelaskan kenaikan harga batu bara acuan itu disebabkan permintaan dari China meningkatkan menyusul mulai memasuki musim dingin serta kondisi cuaca buruk, sehingga kegiatan produksi dan transportasi di provinsi produsen batu bara terganggu.

Kenaikan Harga Gas Alam

Faktor komoditas lain, seperti kenaikan harga gas alam juga memiliki pengaruh dalam menentukan harga batu bara global. “Supercycle masih punya pengaruh mendorong kenaikan harga komoditas dasar akibat dari adanya pertumbuhan ekonomi global baru pascapandemi,” ujar Agung.

Sebagai informasi, sepanjang Oktober 2021, China mengimpor batu bara sebanyak 27 juta ton atau naik 96,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan jumlah impor itu disebabkan kebutuhan energi China yang cukup tinggi akibat pemulihan ekonomi negara tersebut, sehingga kebutuhan batu bara untuk listrik dan industri meningkatkan signifikan.

Baca juga: Bandara Halim Ditutup Setahun, Penerbangan Pesawat Propeller Terdampak

Dalam upaya mengendalikan harga batu bara, kini pemerintah China mengambil beberapa kebijakan strategis mulai dari mendorong peningkatan produksi dalam negeri hingga membatasi harga komoditas.

“Saat ini, Pemerintah China melakukan intervensi kebijakan yang mempengaruhi harga yang trennya terus menurun,” beber Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya