SOLOPOS.COM - Pengunjung melintasi area Car Free Sunday (CFS) Wonogiri di sebelah barat, menuju perempatan Ponten, Kabupaten Wonogiri, Minggu (31/7/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Rencana pengaturan jalur pengunjung car free sunday (CFS) Wonogiri menggunakan barier atau pembatas jalan dibatalkan. Sebagai gantinya, pengelola CFS Wonogiri memasang spanduk yang makna tulisannya mengimbau pengunjung agar memutari area bundaran patung Ir. Soekarno.

Sebagaimana diketahui, bundaran patung Ir. Soekarno menjadi area relokasi sejumlah pedagang yang tadinya melapak di trotoar sebelah utara Alun-alun Giri Krida Bakti, Kabupaten Wonogiri. Mengacu konsep baru penyelenggaraan CFS, mereka harus direlokasi karena area trotoar tersebut kini digunakan sebagai area olahraga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, relokasi itu berimbas pada sepinya pembeli. Hal itu yang kemudian melatarbelakangi Ketua Paguyuban Pedagang CFS Wonogiri, Aswin Asmoro Ady, mencanangkan usulan pengaturan jalur pengunjung melalui pembatas jalan.

“Dua pekan lalu sudah saya usulkan ke Dishub [Dinas Perhubungan] Wonogiri mengenai permintaan barier itu. Tapi belum dipinjami karena saat penerapan itu petugas dari Dishub maupun pengurus sama-sama repot,” tutur lelaki yang akrab disapa Aswin, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (31/7/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Sebagai gantinya, Aswin memasang spanduk bertuliskan Monggo Katuran Mios Bunderan Patung Soekarno yang dipasang di tengah jalan di sebelah barat bundaran patung Ir. Soekarno. Ia mengaku sudah memasang itu sejak pelaksanaan CFS, 24 Juli 2022.

Baca Juga: Tong Sampah di CFS Wonogiri Overload, Ini Langkah Pemkab

Tujuannya agar pengunjung CFS Wonogiri turut memutari bundaran patung Ir. Soekarno dan membeli barang yang dijual pedagang. Pemasangan spanduk tersebut dinilai belum efektif.

“Soalnya bentuknya portrait atau berdiri begitu. Sepertinya belum efektif dan kelihatannya lebih pas itu bentuknya landscape atau tidur memanjang,” katanya.

Di samping memasang spanduk, Aswin juga bekerja sama dengan salah seorang pedagang balon yang melapak di dekat spanduk itu. Selain berjualan, pedagang balon itu juga diminta mengarahkan dan menginformasi ihwal tulisan di spanduk ke pedagang.

“Saat ada pengunjung yang bertanya, dia tidak segan menginformasikan pedagang-pedagang yang ada di area CFS Wonogiri [saat CFS 24 Juli 2022 dan 31 Juli 2022],” ujarnya.

Baca Juga: Dinilai Belum Berkontribusi di CFS Wonogiri, Ini Jawaban Karang Taruna

Sebelumnya, Kepala Dishub Wonogiri, Waluyo, mengaku bakal mencermati dan mengkaji usulan pengelola CFS Wonogiri ihwal pengaturan sirkulasi pengunjung di CFS. Waluyo sekaligus mengingatkan inovasi berupa pengaturan sirkulasi pengunjung CFS jangan sampai membatasi gerak masyarakat.

Ia mengatakan, gelaran CFS Wonogiri semula merupakan hari tanpa kendaraan dan dalam rangka menekan emisi. Caranya, menciptakan satu ruang di jalan umum yang dibebaskan dari asap kendaraan. Hal itu mewajibkan dilakukannya rekayasa lalu lintas.

“Kemudian muncul banyak pedagang. Itu menjadi dampak pelaksanaan CFS saja. Yang perlu diingat, CFS itu memberi keleluasaan pada masyarakat dengan berkreasi, beraktivitas di situ. Makanya sampai mengembang ke alun-alun itu untuk akses olahraga dan kreativitas. Saya yakin step by step pengembangan itu akan berjalan,” ucap dia saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (20/7/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya