SOLOPOS.COM - Bus AKAP bersiap berangkat ke Jakarta di Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri, Kamis (26/3/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Jumlah pemudik yang datang di Wonogiri dengan menumpang bus dari wilayah Jebodetabek-Wonogiri berangsur-angsur turun 75%-80%.

Kepala Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri, Agus Hasto Purwanto, mengatakan penurunan jumlah penumpang di Wonogiri terjadi sejak 1 April 2020.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Meskipun ada pengurangan jumlah penumpang, jadwal pemberangkatan dan kedatangan bus tidak berubah. Hanya jumlah bus yang beroperasi berkurang,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu (5/4/2020).

Agus mengatakan Pemkab Wonogiri tidak membuat aturan pelarangan atau membatasi jumlah bus AKAP yang beroperasi untuk mengurangi jumlah pemudik yang datang.

Diperpanjang, Siswa Sekolah Boyolali Belajar di Rumah Hingga 30 April

Berkurangnya jumlah bus itu atas kebijakan dari masing-masing perusahaan otobus.

Hal itu dibenarkan Kepala Divisi Marketing PO Putra Mulya, Heri Prasetyo. Heri mengatakan sejak 1 April 2020, perusahaannya mengurangi jumlah bus yang beroperasi.

Jika biasanya ada 15 bus yang diberangkatkan, saat ini hanya dua hingga tiga bus. Pengurangan jumlah bus dilakukan karena jumlah penumpang dari Jabodetabek ke Wonogiri dan sebaliknya mengalami penurunan.

“Penumpangnya sudah tidak ada. Kalau memaksakan bus berjalan seperti biasanya kami tidak mampu membiayai operasionalnya,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

PDP Sembuh Bertambah, Banjarsari Solo Masih Zona Merah Corona

Heri mengatakan penumpang busnya mayoritas pedagang bakso, jamu, dan para pedagang lainnya. Para pemudik ini sudah datang di Wonogiri pada Maret lalu.

pemudik datang di wonogiri
Tabel data jumlah pemudik yang datang dan berangkat di Wonogiri. (Solopos/M. Aris Munandar)

Ketua Paguyuban Wonogiri Manunggal Sedya (Pawon Mas) yang merupakan komunitas perantau Wonogiri di Jabodetabek, Agus Suparyanto, mengatakan perantau yang mempunyai pekerjaan harian lepas dan pedagang telah mudik ke kampung sejak awal hingga akhir Maret 2020.

Tidak Ada Pekerjaan dan Penghasilan

Mereka mudik dengan bekal dan harta yang dipastikan cukup hingga Juni 2020.

Dia mengatakan daripada di Jakarta tidak ada pekerjaan dan penghasilan, mereka memutuskan untuk bertahan hidup di kampung. Selain itu jika bertahan di Jakarta, mereka harus membayar kontrakan dan ruko yang digunakan untuk berjualan.

Produsen Peralatan Outdoor di Karanganyar Beralih Bikin APD Tenaga Medis

"Jika di kampung rumah tidak membayar, sayuran tidak beli karena sudah menanam,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Menurut dia, perantau yang masih bertahan di perantauan adalah yang sudah nyaman tinggal di wilayah Jabodetabek. "Mungkin sudah ada rasa takut kalau mereka pulang akan dituduh sebagai penyebar Covid-19," kata dia.

Adanya kebijakan pemudik yang datang di Wonogiri didata pengurus RT dan RW dan harus karantina mandiri juga menjadi pertimbangan. "Intinya saat ini kami mengalah dengan keadaan, kemungkinan banyak yang tidak mudik saat Lebaran,” kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya