SOLOPOS.COM - Akhlis Syamsal Qomar meluncurkan buku terbarunya berjudul Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta, Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun, sekitar 1779-1810, Sabtu (8/10/2022). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Pemuda asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Akhlis Syamsal Qomar, menerbitkan buku berjudul Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta, Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun, sekitar 1779-1810. Buku ini mengungkap Raden Ronggo yang ternyata sosok pemberani dan menjadi pembela terakhir Keraton Yogyakarta.

Karya Akhlis ini merupakan buku ketiga dan terakhir dari Trilogi Madiun Raya. Dua buku sebelumnya berjudul Antara Lawu dan Wilis: Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam (Residen Madiun 1934-1938) yang terbit 2021 dan buku berjudul Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan, 2021, yang meurpkana terjemahan dari sumber terbitan awal abad ke-20 dalam bahasa Belanda dan Jawa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Buku Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta ini terbit pada 10 Agustus 2022 dan telah diluncurkan di Rumah Mangunarsan, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Sabtu (8/10/2022).

Kepada Solopos.com, Akhlis bercerita bukunya ini berisi biografi keluarga Prawirodirjo dan tokoh yang diangkat adalah Raden Ronggo III, sosok Bupati Wedana Madiun sekaligus Bupati Wedana Mancanegara Timur di bawah Kesultanan Yogyakarta (1796-1810). Selain itu, Raden Ronggo juga mejadi panasihat mertuanya, Sultan Hamengkubuwono II (1792-1810).

Baca Juga: Tak Ada Refund Tiket, Konser Dewa 19 di Kota Madiun Diundur 5 Desember 2022

Raden Ronggo Prawirodirjo III ini merupakan sosok kritis dan melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan yang dilakukan pemerintah kolonial waktu itu. Raden Ronggo selalu berada di jantung pertarungan Yogyakarta melawan pemerintah kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles.

“Dari sosok Raden Ronggo, ini mengindikasikan bahwa Madiun itu sangat kritis terhadap ketidakadilan pada masa lalu. Nah, ini mungkin yang bisa dimunculkan dan tekankan pada generasi sekarang,” jelas dia.

Dalam buku ini juga dijelaskan tiga alasan Raden Ronggo Prawirodirjo III yang melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Salah satu faktornya adalah perubahan sistem administrasi negara dengan sistem eskploitasi kolonial baru yang memberikan keuntungan besar bagi negara induk.

Akhlis menjelaskan Raden Ronggo Prawirodirjo III dijuluki sebagai banteng. Istilah ini digunakan Pangeran Diponegoro kepada Raden Ronggo tang menjadi pembela terakhir tatanan lama di Kesultanan Yogyakarta. Setelah Raden Ronggo, tidak ada lagi dan Keraton Jogja dibedah pasukan Inggris.

Baca Juga: Demi Pacar, Mahasiswi Selundupkan Narkoba ke Lapas Madiun Lewat Ayam Geprek

“Setelah 1811, Jogja sudah tidak mempunyai banteng yang mempertahankan keratonnya. Jauh sebelumnya, banteng keraton itu ada Hamengkubuwana I, Raden Ronggo Prawirodirjo I,” kata mahasiswa S2 Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu.

Kenapa disebut banteng? Akhlis menuturkan banteng itu merupakan hewan representasi Jawa. Pada suatu ketika, ada pertunjukan tarung adu kuat antara macan melawan banteng di Alun-alun Selatan. Pertaruangan dua hewan itu untuk menyambut Van Braam, yang ditunjuk sebagai deputi Deandels. Dalam duel ini, banteng berhasil mengalahkan macan. Padahal macan dikenal dengan hewan yang kuat, buas, dan tidak terkalahkan. Tapi, dalam pertarungan itu, justru dikalahkan banteng.

Semangat perjuangan dan sosok banteng itu kemudian dijadikan julukan kepada Raden Ronggo Prawirodirjo III yang lebih memilih memberontak dari pada harus membebek pemerintah kolonial.

Baca Juga: Tak Ada Orang Tua, Sejumlah Anak eks Lokalisasi Dolly Kesulitan Urus Akta & KK

Aksi perlawanan ini terhadap pemerintah kolonial ini berujung tewasnya Raden Ronggo Prawirodirjo III pada 1810.

“Aksi perlawanan itu juga menjadi inspirasi Pangeran Diponegoro untuk melanjutkan perlawanan 15 tahun kemudian pada perang Jawa,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya