SOLOPOS.COM - Batik Solo Trans (BST) melintas di halte bus Jl. Slamet Riyadi Solo saat uji coba oleh Dishubkominfo Solo, Kamis (1/9/2016). Uji coba tersebut untuk mengecek kesiapan jalur yang akan di lalui BST. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengantongi ratusan juta rupiah dari hasil menjual ruang iklan di bus Batik Solo Trans (BST) sepanjang 2019.

Tahun ini, strategi itu kembali dilakukan guna mendulang pendapatan daerah. Kepala UPT Transportasi Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, M. Yulianto, mengatakan iklan konvensional tersebut rupanya masih diminati pelaku usaha.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Meski sekarang sudah masif iklan di dunia maya, tapi ternyata banyak juga yang minat pasang di BST. Tahun lalu ada perusahaan obat, supermarket, dan bank. Kami tawarkan di seluruh BST di tiga koridor,” kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (4/1/2020).

Ekspedisi Mudik 2024

Yulianto mengatakan iklan yang dipasang pada bodi kendaraan itu bisa menjadi branding bagi pelaku usaha. Mereka bisa memasang di bagian dalam bus, maupun di bodi luar.

Tarif iklan pada bodi BST pada setiap koridor berbeda menyesuaikan tingkat keramaian rute yang dilewati. Pada koridor I, misalnya tarifnya Rp10 juta per bulan per BST pada bodi dalam dan luar.

Teguh Prakosa Bakal Tagih Janji Gibran di Pilkada Solo 2020, Jika…

Sedangkan pada BST koridor II dan III sekitar Rp9 juta. “Pada 2019 kami dapat sekitar Rp150 juta, dari iklan supermarket, bank daerah, dan beberapa yang lain. Sebagian pendapatan digunakan untuk perawatan BST yang belum beroperasi, serta kebutuhan lain pada UPT Transportasi sebagai salah satu BLUD [Badan Layanan Umum Daerah],” ucap Yuli.

Kendati sukses mendapatkan pengiklan, ia mengaku memiliki banyak pesaing. Tren iklan pada kendaraan atau yang dikenal car advertising sudah banyak ditawarkan oleh sejumlah agen iklan.

Itu belum termasuk dari videotron, iklan billboard, MMT, dan sebagainya. “Harapan kami tahun yang akan datang makin banyak peritel yang berminat pasang iklan. Kami enggak memiliki target khusus. Tapi, kami enggak boleh menerima iklan dari minuman keras atau rokok,” kata dia.

Banjir Jakarta Paksa Tamu Hotel Perpanjang Menginap di Semarang

Menurut salah seorang penumpang BST, Maimuin, iklan pada BST tidak mengganggu selagi tidak menutup cat batik yang menjadi ikon kendaraan massal tersebut.

“Pemasangannya harus rapi dan enggak boleh menutupi informasi pada BST, termasuk cat batiknya,” ucapnya saat dijumpai terpisah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya