SOLOPOS.COM - Perbedaan warna air terlihat di dasar Sungai Bengawan Solo akibat tercemar limbah alkohol dan tekstil di Nusupan, Grogol, Sukoharjo, Kamis (9/9/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SUKOHARJO — Pemkab Sukoharjo menggandeng PT Cipta Serra Utama yang bergerak di bidang eksplorasi pengolahan sampah dan limbah tepat guna untuk melakukan uji coba penanganan pencemaran air Sungai Bengawan Solo. Diketahui, tingkat pencemaran air di Bengawan Solo tergolong kategori berat karena selain limbah alkohol, tak sedikit pelaku usaha batik printing yang membuang limbah secara sembarangan ke sungai.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo, Agus Suprapto, mengatakan ekosistem pengolahan limbah dan sampah di Sungai Bengawan Solo membutuhkan pendirian pabrik. Lahan yang dibutuhkan untuk industri pengolahan limbah dan sampah seluas 1,5 hektare. Sementara total nilai investasi pembangunan pabrik pengolahan limbah dan sampah senilai Rp165 miliar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Uji coba pengolahan limbah cair dilakukan pihak ketiga di wilayah Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban. Nanti dilanjut ke sentra industri etanol di Bekonang, Mojolaban. Sekarang sifatnya baru sebatas uji coba karena nilai investasi pengolahan limbah cair cukup besar,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (10/2/2022).

Baca juga: Limbah PT RUM Cemari Bengawan Solo, Pemkab Sukoharjo Tak Berkutik

Agus menyampaikan teknik pengolahan limbah cair menggunakan bak saringan berukuran besar dan pasir lembut sebagai media penyaringan. Ukuran pasir sangat kecil, namun memiliki kandungan kuarsa sangat tinggi. Proses penyaringan limbah cair dilakukan dengan memisahkan limbah yang bercampur dengan air. Limbah cair bakal bertumpuk dan menggumpal di permukaan media pasir.

Alat Khusus Pencuci Pasir

Media pasir juga memadatkan gumpalan limbah cair di bak saringan. Air yang terpisah kemudian mengalir lewat saluran pelimpah menuju bak penampungan lainnya.

“Hal ini menandakan media pasir penyaring sudah mampat atau clogging. Media pasir harus terlebih dahulu dibersihkan menggunakan alat khusus pencuci pasir jika hendak melakukan pengolahan limbah cair. Bisa diulangi berkali-kali menyesuaikan kapasitas pabrik pengolah limbah dan sampah,” kata dia.

Baca juga: Perajin Etanol Sukoharjo Sepakat Tak Buang Limbah ke Sungai

Pengolahan limbah cair di sungai dilakukan dari hulu hingga hilir. Misalnya, sentralisasi pengolahan limbah cair sekitar 300 meter kubik per hari dan menetralisir lumpur padat sungai seberat 25 ton perhari. Selain limbah cair, penanganan pencemaran air sungai difokuskan pada penanganan sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga sekitar 200 ton per hari.

Limbah cair perajin etanol dan printing batik diangkut menuju pabrik pengolahan limbah dan sampah. Pabrik tersebut memiliki kapasitas limbah cair sebanyak 300 meter kubik dan 200 ton sampah.

“Limbah cair diolah menggunakan teknologi pasir olahan yang dapat mendegradasi air sungai. Bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan limbah cair yakni lumpur sungai sebanyak 15 ton per hari, tanah merah 15 ton per hari, biomas 30 ton per hari, dan pupuk kompos seberat tiga ton per hari,” ujar dia.

Baca juga: Pemkab Sukoharjo Larang Produksi Ciu, Pengrajin Etanol: Kami Bisa Gulung Tikar

Agus menyebut Sungai Bengawan Solo menjadi sungai prioritas bebas limbah rumah tangga maupun industri sesuai arahan dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada 2019. Karena itu, Pemkab Sukoharjo berupaya untuk menekan tingkat pencemaran air Sungai Bengawan Solo.

IPAL Terpadu di Bekonang

Di Sukoharjo, ada dua sentra industri pembuatan etanol yakni Desa Bekonang, Mojolaban dan beberapa desa di wilayah Polokarto seperti Ngombakan dan Karangwuni. Sentra industri etanol di Bekonang telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpadu yang dibangun pada 2002. Anggaran pembangunan IPAL terpadu berasal dari APBD Sukoharjo. Sedangkan para perajin etanol di wilayah Polokarto belum memiliki IPAL terpadu.

Jumlah perajin etanol di wilayah Desa Bekonang sebanyak 45 orang. Sedangkan perajin etanol di wilayah Kecamatan Polokarto sebanyak 92 orang. “Ada juga perajin printing batik di wilayah Mojolaban sebanyak 22 orang. Kami telah melakukan pendataan perajin etanol dan printing batik pada tahun lalu,” papar dia.

Baca juga: Buang Limbah Ciu Sukoharjo ke Anak Sungai Bengawan Solo, Pelaku Beralasan Hemat Biaya

Seorang perajin etanol di Desa Bekonang, Mojolaban, Agus, menyatakan tak mempermasalahkan upaya pemerintah dalam mengatasi pencemaran air di Sungai Bengawan Solo. Sentra industri etanol di Bekonang telah memiliki IPAL terpadu.

Para perajin etanol membuang limbah alkohol ke IPAL terpadu setiap hari. Bahkan, sebagian limbah cair alkohol telah diolah menjadi pupuk organik cair yang kaya manfaat bernama ciunik. Dia berharap segera ada solusi permanen untuk mengatasi pencemaran Sungai Bengawan Solo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya