SOLOPOS.COM - Slambu menutupi makam Pengeran Samudro yang terletak di Kompleks Gunung Kemukus, Sumberlawang, Sragen, Selasa (5/12/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen merekonstruksi atau membangun ulang kisah legenda Gunung Kemukus untuk meluruskan kisah keliru yang sudah terbangun sejak 1934. Pelurusan sejarah ini menjadi salah satu upaya untuk mendukung rebranding Gunung Kemukus agar jauh dari kesan negatif.

Usaha merekonstruksi legenda Gunung Kemukus ini dilakukan oleh Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen. Mereka melakukan analisis kritis terhadap isi legenda Gunung Kemukus, terutama tentang kisah Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan. Akan ada juga pemaknaan baru atas diksi yang berbau negatif yang selama ini berkembang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Kebudayaan Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, saat berbincang dengan Solopos.com akhir pekan lalu, menjelaskan ada tiga versi legenda Gunung Kemukus. Legenda itu pernah dimuat dalam Majalah Kejawen terbitan 1934.

Ekspedisi Mudik 2024

Pihaknya menganalisisi pesan Pangeran Samudro. Pesan yang dimaksud adalah Sing sapa duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke, bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, aja slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakna pangrasa tresna marang Gusti Allah kaya dene yen arep nekani kang ditresnani.

Baca Juga: Ternyata, Gunung Kemukus Lebih Terkenal Daripada Sragen

“Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Jawa baru. Padahal era Pangeran Samudro itu pada era Majapahit akhir yang mestinya bahasa yang digunakan masik ke arah Jawa kuno. Ini seperti pesan yang dikreasi,” ujar Johny.

“Termasuk istilah demenan itu, apa iya sudah ada di era Majapahit? Untuk pembuktiannya perlu adanya kajian filologi. Artinya, legenda itu lentur dan bisa dikreasi serta tafsirnya bisa digunakan untuk kepentingan tertentu,” sambungnya.

Dia menyebut ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki, termasuk hubungan Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan. “Hal itu dirombak kembali dan dibuat wacana teks untuk masa depan anak-anak kita,” jelasnya.

Johny menjelaskan kisah Pangeran Samudro dan Gunung Kemukus itu merupakan cerita rakyat berbasis tradisi lisan yang dituturkan secara turun-temurun. Bukan informasi yang memuat kebenaran objektif yang dihasilkan melalui proses penelitian sejarah.

Baca Juga: Kunjungan ke Gunung Kemukus Hanya Ramai di Triwulan Pertama

Seiring perjalanan waktu, kisah ini mengalami dinamika tekstual dan memiliki subjektivitas tinggi dengan menyesuaikan konteks perkembangan zaman serta sosiologis masyarakat pelestarinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya