SOLOPOS.COM - Tyto alba atau burung hantu. (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN — Hama tikus menyerang sekitar 50 hektare tanaman padi di area persawahan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Geregetan karena banyaknya hama tikus, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen berencana memborong 80 ekor tyto alba atau burung hantu pada 2020 ini.

Tyto alba merupakan jenis burung yang memiliki kemampuan dalam membunuh hama tikus. Satu ekor burung hantu bisa membunuh tiga hingga ekor tikus setiap malamnya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Jika dihitung secara matematis, satu ekor burung hantu bisa membunuh 90 ekor hingga 150 ekor tikus tiap bulannya. Jika dalam satu area persawahan terdapat 10 ekor burung hantu, maka tikus yang terbunuh bisa mencapai 900 ekor sampai 1.500 ekor setiap bulannya.

"Bupati sudah menyetujui pembelian tyto alba. Nanti masing-masing kecamatan akan mendapatkan dua paket [pasang]. Masing-masing kecamatan empat ekor [total 80 ekor]," jelas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan-KP) Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, saat ditemui wartawan di Masaran, Sragen, Rabu (5/8/2020).

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelum Menghilang Katyani "Mayat Tinggal Kerangka" di Wonogiri Jual Motor Suami

Eka Rini belum bisa menyebutkan total anggaran yang dibutuhkan untuk membeli 80 ekor burung hantu. Dalam hal ini, Dispertan-KP akan bekerja sama dengan pihak ketiga yang membantu proses pembelian burung ini.

"Kita perlu survei ke lapangan dulu. Di Demak, Sukoharjo, Grobogan, dan lain-lain merupakan kantong budi daya tyto alba. Nanti akan disusul perda larangan menembak tyto alba. Petani juga ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian tyto alba ini," tegas Eka Rini.

Gagal Panen

Eka Rini menjelaskan berdasarkan laporan yang diterimanya, hama tikus telah menyerang sekitar 50 hektare tanaman padi di Sragen. Dispertan-KP, kata dia, sudah berusaha meminimalkan potensi gagal panen petani akibat serangan hama tikus, wereng atau penyakit lain.

Selain melalui kegiatan geropyokan tikus yang digelar di beberapa tempat, petani juga membasmi tikus dengan menyemprotkan emposan belerang bertenaga gas dari tabung elpiji. Menurutnya, penyemprotan gas belerang itu terbukti ampuh dalam membasmi hama tikus hingga anak-anaknya.

"Ternyata efisien dan efektif. Apalagi sekarang gas elpiji bersubsidi bisa dipakai untuk petani. Setelah disemprot gas, lubang dibongkar. Hasilnya, ada banyak tikus indukan betina yang mati. Anak-anaknya yang masih kecil juga mati," papar Eka Rini.

Hari Ini Dalam Sejarah: 5 Agustus 1962, Marilyn Monroe Tewas

Eka Rini mengakui saat ini masih banyak petani yang menggunakan jebakan bertenaga listrik untuk membasmi tikus. Padahal, jebakan itu sudah memakan delapan korban jiwa terhitung sejak Mei lalu.

Menurutnya, sosialisasi terkait bahaya penggunaan jebakan tikus bertenaga listrik sudah sering dilakukan oleh Dispertan dan KP. "Kami sudah memasang peringatan larangan memakai jebakan tikus bertenaga listrik karena sangat berbahaya," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya