Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen mengundang para pedagang di sepanjang pinggir rel kereta api (KA) Jl WR Supratman Sragen yang sebelumnya menolak direlokasi ke lantai II Pasar Kota Sragen pascarevitalisasi. Jajaran Pemkab Sragen bertemu dengan para pedagang di ruang transit Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Selasa (24/11/2020).
Pertemuan yang berlangsung hampir dua jam itu belum menemukan titik temu terkait polemik relokasi tersebut.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pertemuan tersebut dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sragen Dedy Endriyatno, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen Tedi Rosanto, dan sejumlah pejabat Disperindag Sragen. Dari pihak pedagang, dihadiri perwakilan dari Persatuan Paguyuban pedagang Menolak Relokasi (P3MR) Sragen.
Forum itu terdiri atas perwakilan tiga paguyuban pedagang, yakni Paguyuban Pedagang Kliteh Sumilir, Paguyuban Sasana Langen Putro Sragen, dan Paguyuban Utara Rel (Pure) Sragen.
Januari 2021 Pembelajaran Tatap Muka Diberlakukan Di Sukoharjo, Begini Skemanya
Ketua P3MR Sragen Ganjar Adi Purbantoro menyampaikan ketika Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen dulu tidak ada pedagang kaki lima (PKL) dan sekarang mulai ada PKL. Dia mengatakan ketika para pedagang Jl WR Supratman direlokasi, maka dikhawatirkan akan muncul PKL baru.
Dia mengatakan para pedagang dalam P3MR itu bukan PKL, tetapi pedagang resmi.
Di sisi lain, Ganjar mengakui tujuan pembangunan itu sebenarnya mensejahterakan rakyat. Tetapi konsep awal dalam pembangunan Pasar Kota ini, ujar dia, berbeda dengan dengan konsep yang sekarang.
Dia mengatakan pada konsep awal tidak menyentuh pedagang di pinggir rel KA, namun sekarang malah akan menggusur pedagang pinggir rel.
"Dengan demikian tujuan pembangunan tidak tercapai. Kami cukup difasilitasi tidak perlu direlokasi. Kami menggantungkan nasib di tempat itu. Ini menyangkut kehidupan kami ke depan," ujarnya.
Revitalisasi
Sementara itu, Plt. Bupati Sragen Dedy Endriyatno mengatakan informasi soal revitalisasi itu sepertinya belum disampaikan secara komprehensif. Dia menyampaikan Pasar Kota tetap direvitalisasi dengan dana Rp200 miliar karena dana itu tidak mungkin dikembalikan. Konsekuensinya ada penataan pedagang di seputaran Pasar Kota.
Dedy menyontohkan sebenarnya sudah ada permintaan untuk pengosongan kios-kios buah di selatan rel KA tetapi pemerintah sampai sekarang belum melakukan karena lebih mengedepankan solusi yang terbaik bagi pedagang. Demikian pula dengan para pedagang yang menempati kios di utara rel KA, ujar Dedy, Pemkab Sragen tidak asal main pukul tetapi memilih untuk mencari win-win solution agar kepentingan semua pihak bisa terakomodasi.
Mabuk Ciu, 3 Pemuda Danukusuman Solo Nekat Mengeroyok Kurir
"Kami memahami keinginan para pedagang tetapi kami juga punya kepentingan penataan dan revitalisasi. Pertemuan hari ini tidak harus menemukan solusi tetapi hari-hari berikutnya masih memungkinkan. Kami masih memiliki banyak waktu untuk mencari solusi itu. Mungkin bisa bicara di HIK atau dimana pun," ujarnya.
Dedy menjelaskan Jl WR Supratman di utara rel dan Jl Dipongoro di selatan reak KA akan dilebarkan menjadi dua lajur per jalur sehingga akses menuju pasar bisa ramai. Pelebaran jalan itu, ujar dia, untuk mengantisipasi kemacetan 20-30 tahun ke depan.
Untuk pasar darurat, Dedy tidak setuju bila menggunakan jalan, tetapi mencari lokasi yang representatif dekat pasar. "Kemudian untuk penataan di Pasar Kota juga dijelaskan oleh konsultan," ujarnya.