SOLOPOS.COM - Bangunan kios dan los di Pasar Masaran, Sragen, yang kontras pascapembangunan dengan menggunakan dana TP APBN selesai, Kamis (17/12/2020). (Istimewa/Disperindag Sragen)

Solopos.com, SRAGEN—Pembangunan lima pasar tradisional di Bumi Sukowati selesai sebelum akhir masa anggaran 2020. Kelima pasar tradisional yang dibangun di masa pandemi itu terdiri atas Pasar Masaran, Pasar Plupuh, Pasar Gemolong, Pasar Sumberlawang, dan Pasar Gonggang, Karangudi, Ngrampal dengan nilai pagu Rp600 juta-Rp2,5 miliar.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati sudah mengecek lokasi pasar tradisional yang selesai dibangun itu. Hampir semua bangunan pasar yang baru dicat dengan warga dominan merah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Positif Covid-19 Solo Tambah 257 Kasus Dalam 3 Hari, 15 Orang Meninggal

Kabid Penataan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen, Tommy Isharyanto, menyampaikan penataan pasar yang pertama dilakukan di Pasar Masaran, Sragen.

Tommy menjelaskan pasar yang sebelumnya banyak keluhan dari pedagang itu diberi akses agar mobil bisa masuk dengan membuka akses dari selatan dan timur. Dia mengatakan kios-kios yang semula tidak berfungsi optimal dibangun baru dengan lokasi dipinggir batas barat lokasi pasar dan tanahnya diratakan.

“Ide itu muncul kemudian muncul dana tugas pembantuan dari pusat senilai Rp2,5 miliar. Dana TP itu merupakan dana non prototipe seperti yang terjadi di Pasar Blimbing Sambirejo. Penggunaan dana itu sesuai dengan kebijakan daerah sendiri. Akhirnya, dana itu digunakan untuk menata di Pasar Masaran. Sekarang pedagang mendukung. Ke depan, kami masih berpikir pada pedagang pasar pagi di luar pasar untuk ditata di sebelah utara pasar induk,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Jumat (18/12/2020), di ruang kerjanya.

Normalisasi

Tommy melanjutkan selain Pasar Masaran, Disperindag juga merevitalisasi Pasar Plupuh dengan dana pagu Rp2,5 miliar tetapi kontraknya hanya Rp2,086 miliar. Tommy menjelaskan di Pasar Plupuh itu, sifatnya menormalisasi kios arena banyak ukuran kios yang tidak sesuai dengan ukuran pada dokumen izinnya. Selain itu, terang dia, posisi kios yang lebih rendah dari jalan ditinggikan karena sebelumnya ketika hujan selalu kebanjiran.

“Kios yang dibangun berbentuk leter L. Jumlahnya sebanyak 47 kios. Sedangkan untuk los sudah dibangun di tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Terungkap, Ini Identitas Korban Kecelakaan Yang Meninggal Terbakar Dalam Mobil Di Tol Sragen

Tommy mengatakan kemudian Pasar Gemolong sebelah selatan juga dibangun, yakni sebuah hangar baru untuk los-los. Dia mencatat ada 187 pedagang yang tertampung pada hangar itu. Selain itu, Tommy mengatakan ada Pasar Sumberlawang yang direnovasi terutama untuk pedagang di lantai II yang mengeluh air masuk pasar saat hujan dan sirkulasi udaranya sumpek.

“Kami memasang penghalau air saa hujan dan memasang enam unit ventilator agar sirkulasi udara di lantai II tidak gerah. Selain itu, kami juga membuat akses jalan tambahan di lantai II serta membangun pagar keliling pasar untuk pengamanan,” katanya.

Dia menyampaikan Pasar Gonggang menjadi pasar terakhir yang dibangun dengan pagu Rp600 juta. Dia mengatakan Pasar Gonggang itu sebelumnya merupakan pasar desa dan sudah lama dikelola Pemkab Sragen sehingga perlu ada perhatian dengan merenovasi pasar itu. Pasar itu juga pernah menjuarai lomba kebersihan pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya