SOLOPOS.COM - Ilustrasi Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). (JIBI/Solopos/Antara/Andika Betha)

Solopos.com, SOLO — Pemerintah merancang SMK fast track atau jalur cepat yang menggabungkan pendidikan SMK dengan perguruan tinggi jenjang diploma II (DII). Nantinya, lulusan SMK yang kuliah di DII tidak menempuh pendidikan selama 4 semester, tetapi cukup 3 semester.

Dirjen Pendidikan Vokasi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto menjelaskan lulusan SMK yang sudah mendapatkan pendidikan keterampilan selama 6 semester dan melanjutkan ke jenjang DII akan menempuh kuliah hanya satu semester. Dua semester berikutnya adalah pemagangan di industri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Lulusan SMK ini kuliahnya 1 semester, kemudian magang satu tahun [2 semester], pulang langsung dapat ijazah DII. Ini model dual system yang dilakukan di Jerman,” ujarnya dalam diskusi virtual Ngobrol Publik yang diselenggarakan Semua Murid Semua Guru (SMSG), Kamis (15/4/2021).

Baca Juga: Akhirnya 80% Warga Desa Tlogoharjo, Wonogiri Bisa Nikmati Air Bersih

SMK jalur cepat merupakan “pernikahan” segitiga antara sekolah, industri, dan perguruan tinggi. “Sejak sekolah siswa sudah dididik oleh guru SMK, pihak industri [yang masuk ke sekolah] dan dosen politeknik/dosen sekolah vokasi. Tinggal menu yang akan dimasak apa [keterampilan yang dibutuhkan seperti apa],” imbuhnya.

Pemilihan DII sebagai jalur SMK fast track ini didasarkan atas kebutuhan industri yang banyak membutuhkan lulusan jenjang DII ketimbang sarjana. Sementara itu, pihaknya juga menggagas perubahan kurikulum SMK dengan konsep perbaikan dan pengembangan.

Di antaranya mata pelajaran teori/akademik konteksnya diubah menjadi vokasional. Ada juga mata pelajaran baru, yakni project base learning (pembelajaran berbasis proyek) serta ide kreatif dan kewirausahaan yang akan berlangsung 3 semester. Magang atau praktik kerja industri (prakerin) minimal 1 semester. Lalu ada mata pelajaran pilihan.

“Mata pelajaran pilihan ini misalnya siswa tata busana atau teknik mesin ingin belajar digital marketing silakan pilih mata pelajaran itu. Dan bagi mereka yang bercita-cita bekerja ke Jepang misalnya, silakan ambil pelajaran bahasa Jepang. Jadi ada kemerdekaan lebih luas, tetapi core [inti] tetap harus kuat,” imbuhnya.

Perubahan Kurikulum

Dalam perubahan kurikulum itu juga ada mata pelajaran wajib yakni Informatika yang berisi digital awareness (kesadaran digital) agar mereka terbiasa dengan e-commerce.

Wikan juga menyinggung tentang akan adanya program keahlian terbaru yang disesuaikan dengan perkembangan zaman (kekinian). “Kurikulum baru ini akan kami uji coba terapkan ke 1.000 SMK dan tahun depan diterapkan ke seluruh SMK,” sambung Wikan.

Baca Juga: Hujan Deras, Jalanan di Solo Baru Tergenang Air hingga 20 cm

Dalam perubahan kurikulum ini, pada mata pelajaran kejuruan diterapkan dengan pola baru. Semester 1 atau 1 dan 2, siswa diajak memahami seluruh proses pembelajaran, mengembangkan hasrat-visi-mimpi, menumbuhkan karakter pembelajar mandiri, dan mengembangkan kreativitas-kepemimpinan-imajinasi-kerja tim. Ini berbeda dengan yang berlaku saat ini, di mana pada semester awal siswa langsung digenjot keterampilan.

“Tentu semua ini dibutuhkan perubahan mindset guru dan dosen serta peran orang tua untuk mendorong anak-anaknya dalam perubahan ini,” ujarnya.

Sementara itu, diskusi yang dipandu Direktur Deputi Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) Ivan Ahda itu juga menghadirkan pembicara Public Policy & Government Relations Manager Google, Danny Ardianto, dan Head of Media Academy, Andi Setia Gunawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya