SOLOPOS.COM - Polisi menjaga lajur Jl. Lawu, Karanganyar yang ditutup 2x24 jam saat akhir pekan Minggu selama PPKM darurat (11/7/2021). (Istimewa/ Satlantas Polres Karanganyar)

Solopos.com, JAKARTA — Sinyal untuk memperpanjang PPKM Darurat dilontarkan pemerintah. Dengan catatan lonjakan kasus Covid-19 tak membaik. Epidemiolog mendukung rencana pemerintah memperpanjang PPKM Darurat.

“Pemerintah akan terus melihat efek implementasi kebijakan di lapangan. Jika kondisi belum cukup terkendali, maka perpanjangan kebijakan maupun penerapan kebijakan lain bukanlah hal yang tak mungkin dilakukan demi kesehatan dan keselamatan secara luas,” ujar Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers di akun YouTube Sekretaris Presiden, Selasa (13/7/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sinyal perpanjangan PPKM juga dilontarkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Ia mengisyaratkan PPKM darurat diperpanjang 6 pekan. “PPKM darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan,” tulis bahan paparan Sri Mulyani di rapat Banggar DPR kemarin.

Baca Juga: Miris, Pasien Covid-19 Meninggal Saat Antre di IGD RSUP Dr Sardjito

Merespons hal itu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, setuju PPKM darurat diperpanjang hingga Agustus. “Dan memang sudah seminggu ini [PPKM Darurat] kita belum efektif signifikan menurunkan infeksi, kematian maupun angka reproduksi dan juga pertumbuhannya. Jadi menurut saya setidaknya ini (PPKM darurat) sampai akhir Agustus lah,” ujar Dicky Budiman, Selasa.

Testing dan Tracing Lemah

Dicky menyebut perpanjangan ini bisa diterapkan di Pulau Jawa. Evaluasi perpanjangan PPKM dapat dilihat pada pertengahan Agustus.

“Prediksi saya sih sampai akhir Agustus kita masih memerlukan PPKM darurat ini dan bicara PPKM darurat ini kan bukan lockdown. Kalau lockdown rata-rata 2 kali masa inkubasi paling cepat sebulan ya rata-rata sih 6 pekan juga,” tuturnya.

Dicky mengevaluasi penerapan peraturan PPKM Darurat sejauh ini. Selain itu, kemampuan testing dan tracing pemerintah dinilai jauh dari standar.

Baca Juga: Menko Luhut Ingin Jadwal Kerja Buruh Diubah Jadi 15 Hari/Bulan

“Sebagai contoh di testing ini belum naik malah menurut saya belum mengarah kepada target yang ditetapkan. Itu kelemahan kita,” imbuh Dicky.

“Kita bagus di kertas, tapi buruk diimplementasi, ini yang berbahaya. Jadi bicara testing dan tracing itu strategi yang sangat fundamental. Itu yang menyebabkan (kondisi pandemi) kita memburuk,” lanjutnya.

Dicky menuturkan penambahan kasus Corona di Tanah Air masih tinggi, begitu pula tingkat kematian. “Kita tidak bisa menemukan kasus-kasus dan mencegah kasus-kasus ini karena 3T (testing, tracing, treatment) buruk,” tutupnya.

Pecah Rekor Lagi

Sementara itu, kasus harian COVID-19 di Indonesia pecah rekor lagi. Pada selasa kemarin dilaporkan ada tambahan 47.899 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dengan tambahan itu, jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini menjadi 2.615.529.

Di antara 2.615.529 total kasus terkonfirmasi Corona itu, terdapat 407.709 kasus aktif. Kemudian, ada 20.123 orang yang sembuh dalam seharian ini. Dengan demikian, jumlah total orang yang sembuh menjadi 2.139.601 orang.

Ada 864 orang meninggal dunia dalam seharian ini. Total angka kematian COVID-19 di Indonesia menjadi 68.219 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya