SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Kasus pengeroyokan dan pembunuhan terhadap Ridwan Salamun, merupakan modus teror baru terhadap jurnalis. Sangat disesalkan, pelaku teror itu adalah warga yang sebenarnya mendapat manfaat dari kebebasan pers.

“Ini kasus luar biasa menakutkan. Ini bukan seperti kita terkena peluru nyasar pada saat meliput perang lho,” kecam Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Imam Wahyudi, Sabtu (21/8).

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Berdasar informasi yang berhasil dikumpulkan IJTI, kuat dugaan aksi pengeroyokan dan pembunuhan itu dilakukan dengan penuh kesengajaan dan kesadaran oleh para pelakunya. Berawal dari seseorang yang membentak dan seketika Ridwan kerubuti massa.

“Jadi ada yang mengarahkan, ada kesengajaan. Ridwan dikeroyok dan dibacok oleh massa pada saat dia menjalankan tugas meliput fakta. Lalu dibiarkan tergeletak sampai 2 jam sampai meninggal dunia, sebab warga yang lain takut,” geram Imam.

Jurnalis televisi senior ini menyesalkan indikasi, pelaku pengeroyokan adalah warga. Padahal manfaat kebebasan pers adalah untuk masyarakat.

“Dia dibunuh oleh massa. Ini ancaman bagi kebebasan pers, padahal kebebasan pers untuk masyarakat,” tegas Imam.

dtc/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya