SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta –– Jumlah pembiayaan perbankan syariah ke sektor properti hingga akhir September 2010 baru mencapai 1,8% dari total pembiayaan perbankan syariah sebesar Rp 61 triliun atau sekitar 1,2 triliun.

“Sedangkan kalau dilihat secara nasional 13,3% pembiayaan perbankan sudah ke sektor properti.Jadi kalau dilihat baru 1,8% masih sangat kecil sekali,” ujar Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Mulya E. Siregar di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (20/10).

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Mulya menilai, masyarakat sudah mulai tertarik menggunakan pembiayaan perbankan syariah di sektor properti. Hal ini bisa dilihat dari total transaksi pameran Real Estate Indonesia (REI) Expo ke-23 yang bekerjasama dengan perbankan syariah pada bulan Mei lalu mencapai Rp 356 miliar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Namun pencapaian yang sangat menggembirakan tersebut baru melayani nasabah dari sisi individu, belum banyak menyentuhkan dari sisi nasabah korporasi ataupun penyedia data teknis di sektor properti,” jelasnya.

Untuk mendukung perkembangan perbankan syariah di tanah air, lanjut Mulya, saat ini BI dan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan masih melakukan kajian mengenai pemetaan permasalahaan pajak yang berlaku pada perbankan syariah.

“Apakah dimungkinkan adanya tax insentif kepada perbankan syariah. Kami juga bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia. Tapi saya belum bisa sampaikan kajian rincinya. Kami harapkan selesai akhir tahun,” jelasnya.

Senada dengan Mulya, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) REI DKI Jakarta Setyo Maharso juga menilai peranan perbankan syariah hingga saat ini masih sangat minim.

“Selama ini masyarakat memang masih belum kenal dengan bank syariah. Mereka tahunya untuk mendapatkan kredit di sektor property dari BNI, BRI dan BTN. Kami berharap peranan perbankan syariah bisa ditingkatkan lagi di sektor ini,” tambahnya.

Setyo mengatakan, kebutuhan properti di Jakarta saja masih akan meningkat. Diproyeksikan akan ada kebutuhan tambahan 300 ribu properti yang masih bisa diserap.

“Saat ini di Jakarta kalau siang hari ada 12 juta penduduk yang bekerja. Sementara kalau malam hanya 8,5-9 juta orang saja, jadi ada 3 juta yang tinggal di luar Jakarta. Dan mereka diproyeksikan akan pindah ke Jakarta, namun yang bisa diserap hanya 300 ribu atau 10% saja, tuturnya.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya