SOLOPOS.COM - Antrean pembelian solar bersubsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Plesungan, Karanganyar, Rabu (20/10/2021). (Ika Yuniati/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengusaha dan sopir mengeluhkan pembatasan kuota BBM subsidi jenis biosolar. Hal itu mengakibatkan antrean pembelian biosolar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Solo.

Sopir truk asal Surabaya yang biasa mangkal di kawasan pedaringan, Yanto, 50, merasakan sulitnya mencari biosolar sejak dua pekan terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kelangkaan solar terjadi di wilayah Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sementara, daerah Jawa Barat dan Jakarta menurutnya cenderung lancar.

Baca Juga: PPKM Turun Level di Banyak Daerah, Pertamina Jamin Stok Solar Aman

Kelangkaan paling parah wilayah Soloraya yakni Sragen. Antrean pembelian cukup panjang, itupun belum pasti dapat jatah solar. Kalaupun ada, biasanya dibatasi hanya Rp200.000 atau sekitar 39 liter.

Padahal biasanya dia bisa mengisi sampai 100 hingga 200 liter. “Pas ngisi ada yang hanya boleh Rp50.000. Lha itu hanya 10 liter, hanya cukup untuk pindah ke SPBU selanjutnya,” keluhnya.

Hal itu membuat dia dan rekan-rekannya rugi waktu dan tenaga untuk menunggu. Kalau dihitung-hitung biaya akomodasinya juga lebih mahal jika dibandingkan dengan kondisi normal.

Ia kemudian membuat hitung-hitungan biasanya perjalanan Semarang-Jakarta hanya butuh dua kali pengisian solar. Sekarang ini lebih dari 20 kali pengisian di 20 SPBU berbeda. “Beberapa SPBU juga ada yang agak nakal, literannya berbeda. Jadi kalau dihitung-hitung, kita lebih rugi juga,” kata dia.

Baca Juga: Beredar Rumor Garuda Indonesia akan Dipailitkan, Ini Respons Manajemen

Pengiriman Barang Terlambat

Hal sama juga disampaikan rekan Yanto, Dicky, 30. Ia mengeluhkan kelangkaan yang terjadi beberapa waktu terakhir. Kelangkaan solar berdampak pada terlambatnya pengiriman barang. Belum lagi biasa akomodasi tambahan. Apalagi beberapa supir masih harus membayar biaya sewa truk.

“Kita ini ada yang sopir, ada yang punya sendiri, ada yang nyewa. Kalau yang nyewa ya nanti harus bayar sewa. Jadi bisa dibayangkan, keuntungannya semakin berkurang,” terangnya.

Kelangkaan BBM jenis biosolar sebenarnya beberapa kali terjadi. Biasanya menjelang akhir taun. Namun diakui mereka kondisi sekarang ini paling parah.

“Ya enggak tahu ini yang mainin siapa. Kalau lewat Jabar, Jakarta, masih agak lancar. Kenapa Jateng, Jatim sulit,” keluh Dicky.

Baca Juga: BPH Migas Tegaskan Solar Bersubsidi Hanya untuk Kendaraan Ini

Dicky berharap pemerintah segera bertindak. Mengingat, para pengusaha ekspedisi sangat membutuhkan solar bersubsidi untuk operasional mereka. Dia juga mengkritisi kendaraan roda empat yang masih diizinkan beli biosolar padahal itu jelas-jelas untuk kepentingan pribadi.

Sementara, berdasarkan pantauan Solopos.com, sejumlah SPBU di Solo membenarkan adanya pembatasan kuota. Hal itu terjadi sejak beberapa pekan terakhir, namun baru berdampak sekarang ini.

Salah satu SPBU di Jebres bahkan mengaku baru dipasok biosolar dua hari sekali. Padahal biasanya sehari sekali mereka dapat jatah.

Akhirnya mereka ikut membatasi pembelian per unit kendaraan dengan tujuan bisa rata untuk semua orang. Mengenai antrean pembelian, biasanya terjadi pada jam-jam tertentu seperti pagi dan sore hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya