SOLOPOS.COM - Antrean jeriken di SPBU. (JIBI/Solopos/Antara/Dedhez Anggara)

Solopos.com, SOLO — Pertamina mengurangi kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sekitar 20%-50% sesuai omzet di masing-masing Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak (SPBU). Meski begitu, hingga saat ini kondisi di SPBU masih normal.

Supervisor SPBU Klodran, Colomadu, Karanganyar, Widodo Subiyanto, mengatakan selama ini kuota solar masih aman. Permintaan pengiriman 16 ton masih terpenuhi meski waktu penjualan dibatasi hanya pukul 08.00 WIB-18.00 WIB. Namun dia mengatakan, sepekan terakhir ada pengurangan kuota premium. Dia mengatakan dari 32 ton permintaan pengiriman ke Pertamina tapi hanya dikirim 16 ton.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia mengatakan menerima surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pertamina Regional Jateng-DIY terkait pengurangan kuota BBM bersubsidi pada 12 Agustus 2014 lalu. Aturan tersebut mulai berlaku pada Rabu (20/8/2014). Dia menjelaskan, pembatasan kuota ini menggunakan sistem kitir dimana pembagian dan kuota SPBU ditentukan oleh Pertamina.

“Pengurangan kuota kalau di sini [SPBU Klodran] mencapai 50%. Hal ini karena permintaan 32 ton hanya dikirim 16 ton. Meski begitu, hingga saat ini pengurangan tersebut belum terlalu pengaruh karena kami masih memiliki cadangan BBM bersubsidi,” ungkap Widodo saat ditemui wartawan di tempat kerjanya, Senin (25/8/2014).

Dia mengutarakan baru Senin pagi terjadi kekosongan BBM bersubsidi selama satu jam. Hal ini karena penjualan BBM bersubsidi di SPBU tersebut biasanya 20 ton per hari tapi pengiriman hanya 16 ton sehingga ada kekurangan 4 ton setiap harinya. Namun kekosongan tersebut tidak sampai menyebabkan penumpukan pembeli. Hal ini karena banyak SPBU lain yang berada di sekitar SPBU tersebut.

Dia tidak menampik apabila hal tersebut dilakukan terus menerus maka omzet SPBU akan menurun dan akan terjadi kekosongan karena adanya perbedaan antara kebutuhan dan supply. Meski begitu, dia menilai tidak banyak masyarakat yang berpindah menggunakan pertamax apabila BBM bersubsidi mulai langka di pasar. Hal ini karena perbedaan harga yang hampir dua kali lipat.

Dia juga menuturkan akibat pengurangan kuota tersebut, pihaknya juga membatasi penjualan yang menggunakan jeriken. Widodo mengatakan penjualan BBM bersubsidi melalui jeriken dikurangi sebanyak 50%. Diakuinya tindakan tersebut mendapat complain dari masyarakat. Namun pihaknya berusaha memberi pengertian kepada masyarakat karena pembatasan juga dilakukan Pertamina.

Kondisi normal juga terjadi di SPBU Sekip, Kadipiro, Solo. Pengawas SPBU Sekip, Yuli Setiono, menyampaikan kebutuhan masyarakat masih bisa terlayani dengan baik meski kuota BBM Subsidi dikurangi oleh Pertamina. Sedangkan untuk pembelian jeriken juga masih bisa dilayani asalkan menunjukkan surat rekomendasi yang dikeluarkan dinas terkait.

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Solo, Suwardi, mengaku belum mengetahui secara jelas aturan Pertamina tersebut. Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, setiap SPBU mendapat stiker dari Pertamina yang berisi informasi subsidi sedang dalam proses pengiriman. Stiker tersebut harus dipasang oleh pengelola SPBU apabila stok BBM bersubsidi habis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya