SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Setelah terkatung-katung menunggu pelunasan tunggakan gaji, para penggawa Persiba Bantul malah dipaksa mengakhiri kontrak lebih awal.

Wahyu Wiji Astanto cs kini diminta menerima kebijakan rasionalisasi gaji. Konsorsium hanya bersedia membayar tunggakan dua bulan gaji.  Tak hanya sebatas itu, pemain juga dipaksa  mengakhiri kontrak lebih awal. Artinya Ugiek Sugiyanto dkk harus melupakan sisa gaji plus kontrak yang menjadi hak mereka sampai empat bulan ke depan atau sampai September mendatang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Keputusan ini disebut itu adalah opsi final dan tak bisa ditawar lagi. Manajemen Laskar Sultan Agung mengatakan sudah membahas dan mempertimbangkan segala konsekuensinya dalam rapat singkat yang digelar, Rabu (8/8) petang.

Sekretaris Persiba,  Wikan Werdo Kisworo, mengatakan manajemen terpaksa menerima opsi ini untuk kebaikan bersama. Mereka menyebut kas konsorsium tidak mungkin lagi diandalkan untuk melunasi gaji pemain. Manajemen juga tak ingin berandai-andai gaji akan dibayar seluruhnya.

”Ada klub lain yang pemainnya hanya dibayar 20 persen saja. Kami mendapatkan opsi rasionalisasi, sementara kami tidak tahu apakah gaji bisa dilunasi atau tidak,”  ujar Wikan seusai pertemuan itu.

Pria plonthos berkacamata itu menjelaskan, pelatih Sajuri Sjahid dan asistennya Benny Van Braukelen turut menyetujui opsi ini. Namun, pemain lokal yang sempat dikumpulkan di mess belum memberikan respons. Sedangkan pemain yang rumahnya jauh akan mendapat sosialisasi belakangan.

”Pemain lokal Bantul yang kami kumpulkan belum memberikan respons. Hanya pelatih Sajuri dan asistennya yang sudah setuju. Yang lain, kami sosialisasikan belakangan terutama yang rumahnya jauh,” terangnya.

Awalnya pemain manajemen dan pemain sama-sama menolak opsi rasionalisasi. Tapi stopper asing mereka,  Eduardo Bizzaro, menerima rasionalisasi karena hendak kembali ke negaranya, Brazil. Setelah itu, giliran manajemen menyetujui rasionalisasi.

“Kami harap pemain lain bisa seperti Bizarro, menerima opsi tersebut. Lebih baik segera terima uang, jadi pikiran tenang. Daripada menuntut macam-macam akhirnya malah tidak dibayar sama sekali,” tegas Wikan.

Meski demikian, pihak manajemen siap mengantisipasi segala gejolak yang kemungkinan muncul dari para pemain. Terkait kebijakan yang merugikan ini, pemain sontak merespons. Wingback Persiba,  Nopendi mengaku bimbang. Dia belum berani mengambil keputusan sebelum berkoordinasi dengan pemain lainnya. ”Saya komukinasikan dulu dengan teman-teman. Saya akan ikut keputusan bersama,” kata Nopendi diamini Riyanto, striker Persiba.

Pandangan ekstrim diungkapkan gelandang serang Persiba, Busari. Pemain bernomor punggung tujuh itu menilai manajemen dan konsorsium tidak bertanggung jawab.

Kapten Persiba, Wahyu Wijiastanto, memberikan tanggapan pedasnya atas ketidakpastian sikap yang ditunjukkan manajemen terkait tawaran konsorsium ini. “Benar-benar tidak manusiawi. Ini sama halnya menyengsarakan pemain. Saya heran mengapa sebegitu gampangnya manajemen berubah sikap. Padahal mereka tahu itu pilihan sulit jika mereka profesional tentu tak ingin mengingkari hak pemain,” tandas best player Divisi Utama musim 2010/2011 itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya