SOLOPOS.COM - Ki Djoko Sutedjo menunjukkan lukisan Kiyai Semar Membasmi Virus Corona yang akan dilelang, Minggu (13/03/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, BOYOLALI — Lukisan Kiyai Semar Membasmi Virus Corona bikinan Ki Djoko Sutedjo yang dibuat menggunakan kopi dan arang dandang ditawarkan mulai Rp30 juta hingga Rp200 juta.

Pelukis wayang asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Ki Djoko Sutedjo membuka harga lelang untuk lukisannya bejudul Kiyai Semar Membasmi Virus Corona. Lelang rencananya diadakan pada Minggu (13/03/2022). “Lukisan akan dilelang mulai dari Rp30 juta hingga Rp200 juta,” terangnya kepada wartawan, Senin (21/02/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Umumnya pelukis menggunakan alat pewarna, seperti cat, akrilik, krayon, dan pewarna lainnya. Namun, dia menggunakan kopi dan arang dandang dalam lukisannya kali itu. Ia melukis tokoh semar yang sedang berada di atas awan. Ki Semar sedang meniup virus Corona.

Baca Juga : Sumpah Sabdo Palon Hancurkan Tanah Jawa

Lukisan itu berawal dari kesenangannya minum kopi. Ia juga terinspirasi ketika melihat dandang yang digunakan istrinya berjualan mie ayam. Kondisi dandang mulai menghitam karena arang. Ia mencoba memadukan arang dan kopi lalu menggoreskannya pada kanvas.

“Lukisan dari serbuk kopi dan arang dandang ini rencananya akan dilelang untuk membantu warga yang terdampak Covid-19. Sisanya akan dibuat membangun padepokan seni rupa wayang di Boyolali,” ujarnya.

Penggemar Wayang

Pria pemegang rekor pelukis semar terbanyak, yakni 226 wajah semar ini memilih tokoh semar dalam lukisannya. Tak hanya semar, pria kelahiran 1954 ini juga mengaku menyukai wayang sehingga dia gunakan dalam setiap lukisannya. “Kalau untuk objek lain hanya untuk selingan saja disaat bosan,” katanya.

Baca Juga : Ki Semar, Punakawan Bijaksana Penasihat Para Ksatria Jawa

Ki Djoko Sutedjo prihatin ketika ada orang yang menganggap wayang sebagai hal haram. Dia juga menambahkan bahwa wayang merupakan alat penerangan dan media dakwah. Ia menuturkan telah menyumbangkan 160 lukisan karya anak asuhnya kepada Pemkab Boyolali.

“Wayang kalau dimakan memang haram. Kalau disembah jadinya syirik. Wayang bukan sekadar tontonan atau hiburan, namun juga media pendidikan budi pekerti yang luhur untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk,” jelasnya.

Pria yang belajar melukis sejak kecil ini telah berkeliling Indonesia untuk merantau. Salah satunya kurang lebih selama 30 tahun tinggal di Semarang dan baru pulang ke tanah kelahirannya Dukuh Pelang, Desa Bade, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali pada 2016.

Baca Juga : Apakah Semar dan Sabdo Palon Orang yang Sama?

Sejak kecil ia belajar melukis menggunakan bahan pewarna yang ia dapat dari pekarangan sekitar rumah. Seperti, warna kuning dari kunyit, pewarnaan merah mencampurkan kunyit dengan kapur sirih, dan pewarnaan hijau didapat dari daun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya