SOLOPOS.COM - Anggota Polsek Teras Boyolali, Aiptu Hary Kusumo, menunjukkan cacing sutera yang ia kembangkan di wilayah Teras, Jumat (16/6/2017). (Istimewa)

Peluang usaha, budidya cacing sutra marak karena menguntungkan.

Solopos.com, BOYOLALI — Bisnis budidaya cacing sutra kian menggeliat di wilayah Sawit dan Teras, Kabupaten Boyolali. Bahkan, budidaya cacing untuk pakan ikan tersebut juga mulai digeluti masyarakat dari berbagai kalangan, salah satunya dari kalangan polisi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu anggota Polsek Teras, Aiptu Hary Kusumo, mengaku telah menekuni usaha budidaya cacing sutra sejak enam bulan lalu. Dalam sekali panen per 15 hari, dia bisa meraup keuntungan Rp1,5 juta-Rp2,5 juta. Keuntungan itu dihasilkan dari lahan yang ia sewa di sejumlah lokasi sekitar 1.500 meter persegi.

“Dalam setahun, modal pasti balik. Sebab, permintaan memang cukup tinggi dan hasilnya juga lumayan,” paparnya saat berbincang dengan  di Teras, Jumat (16/6/2017).

Hary menjelaskan bisnis budidaya cacing sutra bisa mengangkat perekonomian pemilik lahan sewa, pekerja buruh, hingga masyarakat yang menggeluti bisnis itu. Sebelumnya, jelasnya, sewa lahan pertanaian rata-rata Rp3juta-Rp4 juta/ tahun/ patok. Namun, setelah lahan disewa untuk budidaya cacing sutra, maka nilai sewanya melonjak hingga enam kali lipatnya.

“Sekarang harga sewa lahan itu Rp20 juta/tahun kalau untuk budidaya cacing sutra. Karena hasilnya memang sangat besar. Pemilik lahan sewa kan untung banyak,” paparnya.

Tak hanya itu, para buruh yang memanen cacing juga kaya mendadak. Pasalnya, dalam sekali panen tak sedikit para buruh yang mampu mengumpulkan cacing sutra puluhan hingga ratusan liter. “Padahal, ongkos mengumpulkan satu liter cacing sutera Rp4.000. Kalau sehari penuh, bisa dapat berapa ratus rupiah,” jelasnya.

Sejauh ini, permintaan cacing sutra rata-rata dari wilayah Jogja dan Magelang. Untuk memenuhi permintaan dari dua wilayah itu saja, kata Hary, para petani di Sawit dan Teras sudah kawalahan. “Modalnya sangat gampang. Asal ada lahan, maka cacing sutra bisa dibudidayakan,” tambahnya.

Hary mengaku mendapatkan ilmu budidaya cacing sutra dari sentra budaya cacing sutera di Kampung Lele, Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit. Di kampung tersebut, budidaya lahir sejak awal 2000-an. Awalnya usaha itu dirintis karena petani lele kesulitan mendapatkan pakan untuk benih ikan lele.

Peternak lele pun berupaya membudidayakan cacing sutra sendiri. Hingga akhirnya usaha itu justru berkembang hingga saat ini.

Salah satu petani pembudidaya cacing sutra, Sugiyanto, mengatakan budi daya cacing sutera dilakukannya di dalam kolam. Dasar kolam diisi air dan lumpur, kemudian ditebarkan benih cacing. Untuk pakan cacing tersebut, kolam berlumpur tersebut cukup diberikan ampas tahu dua hari sekali. “Hanya saja peternak harus telaten memeriksa kondisi kolam agar tak sampai kering,” paparnya.

Biasanya, dalam jangka waktu dua bulan sudah dipanen. Ketika siap panen, cacing sutra itu diserok dengan menggunakan jaring halus, lalu disaring dan dipisahkan dari lumpur.

Sugiyanto mengatakan cacing sutra dihargai cukup mahal, yakni Rp 7.000 untuk setiap takaran satu kaleng bekas susu isi 375 gram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya