Solopos.com, SUKOHARJO – Program Mina Anak Muda Punya Usaha (Ampuh) di Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo, yang membudidayakan ikan nila telah memanen hasil menggembirakan. Namun demikian, dibutuhkan budi daya dalam skala besar untuk mengejar keuntungan maksimal.
Hal itu disampaikan pelaku usaha ternak ikan nila sekaligus anggota karang taruna Desa Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo, Abdullah Majid, 25, Jumat (3/6/2022). “Kalau melihat potensi budi daya kalau dijadikan sampingan saja masih bisa. Tapi kalau mau dijadikan usaha utama harus skala besar baru dikatakan untung, minimal 30 kolam,” jelas pria yang disapa Majid itu.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Menurutnya dalam sekali budi daya, pembelian bibit ikan untuk satu kolam seharga Rp150.000 dengan ukuran ikan 5-7 centimeter. Harga per kilogram bibit ikan Rp35.000 dengan jumlah ikan 70-90 ekor dengan waktu panen 5-6 bulan.
“Karena kami baru awal ya jadi tidak tahu kalau menargetkan empat bulan harusnya membeli yang ukuran lebih besar bibitnya yang satu kilogram isi 30-40 ekor,” jelasnya.
Tak hanya bibit, dia menyebut pakan yang dibutuhkan dalam sekali budi daya 75 kilogram dengan harga Rp9.000/kilogram. Pakan tersebut biasanya dicampur dengan obat seharga Rp70.000/empat botol yang berbeda jenis. Sementara untuk listrik yang dibutuhkan mesin aerator perbulannya mencapai Rp30.000.
Baca juga: Jos, Karang Taruna Wonorejo Sukoharjo Panen Ikan Nila 80-100 Kg/Kolam
Berdasarkan total pendanaan tersebut dibutuhkan dana total sebelum masa panen sejumlah Rp1.045.000. Dengan hasil sekali masa panen 80-100 kilogram dan dijual dengan harga Rp32.000/kilogram maka menghasilkan cuan minimal sejumlah Rp2,56 juta. Dengan pendapatan tersebut jika dibagi selama lima bulan, per bulan pembudidaya akan mendapat keuntungan Rp303.000.
Dia menyebut penghitungan pengeluaran itu belum termasuk dengan biasa pembuatan kolam. Dia menyebut enam kolam yang ada di desanya diberikan kepada pemuda karang taruna sebagai program percontohan. Menurutnya dalam setiap RW terdapat satu kolam. Pembuatan kolam sendiri menelan dana lebih dari Rp2,5 juta untuk instalasinya.
Pembuatan Kolam Baru
Sementara itu, Kepala Desa Wonorejo, Yusuf Aziz Rahma, menyebut dalam setiap panen diharapkan para pemuda tersebut dapat menyisihkan sejumlah Rp500.000 untuk pembuatan kolam baru bagi pemuda lain.
“Bukan untuk diminta desa, melainkan biar bisa diputar modalnya, jadi diharapkan nanti dari satu kelompok bisa menghasilkan satu kolam baru. Karena pembuatan kolam, bibit dan lainnya berkisar Rp3 juta per orang,” jelasnya pria yang disapa Aziz itu.
Baca juga: Desa di Sukoharjo Ini Galakkan Gemar Makan Ikan Demi Cegah Stunting
Dia menargetkan pada 2025 mampu mencetak 30 wirausaha muda melalui program Mina Ampuh yang tersebar di seluruh RT di Desa Wonorejo. Dengan target minimal dalam satu RT terdapat satu kolam sesuai dengan jumlah RT yang ada di desa tersebut. Sementara enam kolam yang ada kini tersebar di enam RW desa setempat.
Menurutnya, selain berupaya menggalakkan kegiatan yang berorientasi pada ekonomi warga desa pihaknya juga terus berupaya meningkatkan kualitas generasi mendatang melalui gerakan gemar makan ikan.
“Kami Pemerintah Desa Wonorejo beberapa waktu lalu memberikan subsidi dalam tajuk program ketahanan pangan dengan tema Mina Ampuh [anak muda punya usaha]. Kami harapkan selama lima tahun ke depan setiap tahun kami anggarkan enam kolam sehingga ada 30 kolam totalnya,” jelasnya saat ditemui Solopos.com dalam kegiatan panen ikan nila sekaligus gerakan gemar makan ikan di Wonorejo, Kamis (2/6/2022).
Baca juga: No Ribet, MPP Sukoharjo Layani Perizinan hingga Perpanjangan SIM
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
