SOLOPOS.COM - Petugas mengganti jaringan kabel terbuka dengan kabel tertutup di simpang Manahan, Solo, Rabu (5/3). Penggantian tersebut dilakukan agar jaringan listrik lebih aman dan tahan terhadap cuaca buruk. (Dok/JIBI/Solopos)

Dua potret usaha yang memiliki peran vital dalam aktivitas ekonomi justru belum banyak dibuka di wilayah di DIY

 
Harianjogja.com, JOGJA – Dua potret usaha yang memiliki peran vital dalam aktivitas ekonomi justru belum banyak dibuka di wilayah di DIY. Keduanya adalah jenis usaha pengadaan listrik, gas, uap dan udara dingin serta usaha pengelolaan air, air limbah, daur ulang sampah dan aktivitas remediasi lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan hasil sensus ekonomi 2016, usaha pengadaan listrik, gas, uap dan udara dingin di DIY terhitung hanya 206 dengan 1.809 tenaga kerja. Angka itu hanya 0,04% dari seluruh jumlah usaha non pertanian di DIY. Dengan rincian, 186 di antaranya termasuk usaha mikro kecil (UMK) dengan 617 tenaga dan 20 usaha menengah besar (UMB) berikut 1.192 tenaga kerja.

Sebaran usaha ini di Kota Jogja paling banyak ada 93 titik, Bantul 65 titik, Sleman 60 tiitk, Gunungkidul 34 titik dan Kulonprogo 18 titik. Usaha ini hanya mampu menyumbang produk domestik regional bruti (PDRB) sebesar 0,14% dari total PDRB DIY.

“Padahal usaha ini memegang peranan penting dalam mendukung pemerataan pembangunan,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY JB. Priyono dalam paparan hasil sensus ekonomi 2016 di Gedung Pracimasono, Kompleks Kepatihan, Rabu (24/5/2017).

Dengan adanya program pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, lanjutnya, jenis usaha ini menjadi penting. Apalagi kebijakan ini ditujukan untuk pemerataan pemenuhan kebutuhan listrik tak terkecuali di DIY.

“Jadi jelaslah, bahwa aktivitas usaha ini cukup penting dalam memajukan perekonomian DIY walau dengan jumlah usaha yang masih minim,” kata dia.

Potret usaha lain yang juga belum banyak diusahakan adalah pengelolaan air, air limbah, sampah dan remediasi. Jumlah perusahaannya di DIY tercatat 1.335 usaha dengan 4.511 tenaga kerja. Rincian, 1.289 UMK dengan 3.156 karyawan dan 46 UMB ditopang 1.355 karyawan.

Aktivitas usaha ini tersebar di Kota Jogja 634 tempat, Sleman 436 tempat, Bantul 404 tempat, Gunungkidul 190 tempat dan Kulonprogo 106 tempat. Total angka tersebut memiliki persentase 0,25% dari total jumlah usaha non pertanian.

Priyono mengakui jenis usaha pengelolaan air, limbah dan sampah ini juga sangat penting karena menunjang aktivitas ekonomi lainnya. Tetapi nilai yang disumbangkan dalam PDRB DIY tidak sampai 1%.

“Jumlah usaha kategori ini terkecil kedua setelah pengadaan listrik, gas, uap air panas dan udara dingin yang memiliki proporsi 0,04% dari total usaha non pertanian,” ungkap dia.

Secara umum, hasil sensus ekonomi 2016, UMK menjadi penyangga perekonomian terbesar di DIY. Dengan jumlah 524.935 UMK dan 8.735 UMB yang mengalami peningkatan kuantitas usaha dari 403.348 usaha di 2006 menjadi 533.670 unit usaha di 2016. Kategori UMK yaitu usaha yang memiliki omset di bawah Rp2,5 miliar. Maraknya terjadinya perdagangan secara online menjadi penyebab peningkatan jumlah usaha.

Dari 15 jenis usaha, kategori industri pengolahan menyumbang PDRB terbesar. Di sektor ini UMK juga sangat berperan, dengan jumlah 99,54% dari total 146.440 usaha kategori ini. Gunungkidul rupanya menjadi kabupaten terbanyak memiliki industri pengolahan terutama pengolahan makanan dan minum berupa pengeringan ketela pohon menjadi gaplek.

Adapun jumlah UMK paling banyak di Sleman dengan jumlag 141.601 UMK, Bantul 139.699 UMK, Gunungkidul 111.988 UMK, Kota Jogja 67.359 UMK disusul Kulonprogo dengan jumlah 64.288 UMK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya