SOLOPOS.COM - Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Pelecehan seksual saat pelatihan Satpol PP Kota Semarang menarik perhatian Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Semarangpos.com, SEMARANG — Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Satuan Polisi Pamong Praja (PP) dievaluasi sehingga bisa lebih mengena ke tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) aparat penegak peraturan daerah dan kebijakan kepala daerah itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Satpol PP ini tugasnya menegakkan peraturan daerah, tetapi ternyata ada yang tidak hafal perda. Mestinya, ini yang lebih penting untuk didiklat. Bukan malah kegiatan jurit malam,” kata Hevearita Gunaryanti di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Kamis (2/3/2017).

Hal itu diungkapkan Mbak Ita—sapaan akrab Hevearita—menanggapi kasus dugaan pelecehan seksual yang menimpa tujuh perempuan anggota Satpol PP Kota Semarang saat kegiatan Caraka Linmas di Gedongsongo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, 3-4 Februari 2017 lalu. Dalam kegiatan itu ada sesi Jurit Malam yang mengharuskan setiap peserta berjalan sendiri menyusuri rute di malam hari. Momentum itu dimanfaatkan K—seorang personel Satpol PP yang lebih senior—melakukan tindak asusila kepada rekan sesama pegawai outsourcing di Satpol PP.

“Saya sudah tanyakan, kegiatan ini ternyata resmi. Namun, kenapa mesti ada jurit malam? Kenapa tidak diisi kegiatan yang lebih mengena ke tupoksi mereka. Latihan fisik memang penting, tetapi kan bisa siang hari,” katanya.

Diklat Satpol PP Kota Semarang, menurut Ita, harus dikemas secara humanis dengan mengedepankan pemahaman terhadap tupoksi mereka dan sifatnya lebih implementatif, terutama mengenai perda dan pelayanan kepada masyarakat.

Ia mengaku bersepakat perempuan yang lebih banyak direkrut menjadi anggota Satpol PP Kota Semarang karena dalam penegakan perda tentunya didahului dengan sosialisasi kepada masyarakat, dan penempatan kaum hawa dinilainya lebih berkesan ramah dan humanis. Apa lagi, lanjut Ita, Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa tengah mengembangkan potensi kepariwisataan sehingga perlu didukung dengan pembentukan Unit Satpol PP Pariwisata yang menjaga objek-objek tujuan wisata.

“Kaitannya dengan destinasi wisata, mereka kan akan ketemu dengan turis-turis. Tidak hanya turis dari Indonesia, tetapi dari luar negeri. Kemampuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris wajib mereka kuasai,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, pelatihan yang harus diberikan kepada perempuan anggota Satpol PP Kota Semarang, menurut Ita, adalah mengenai cara berdandan atau menjaga penampilan sehingga mereka bisa tampil menarik dalam memberikan pelayanan publik.

“Mestinya, kegiatan-kegiatan ini yang penting untuk diklat, seperti pemahaman perda, bahasa Inggris, dan kecantikan. Bukannya malah jurit malam, mereka ini kan sudah bekerja, mestinya pelatihannya implementatif,” tegas Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya