SOLOPOS.COM - Ilustrasi wirausaha (suarapengusaha.com)

Pelatihan kewirausahaan ini digelar sebagai upaya mengurangi warga Blitar ke luar negeri menjadi TKI.

Madiunpos.com, BLITAR – Banyaknya tenaga kerja ke luar negeri asal Blitar, menjadi perhatian tersendiri dari International Labor Association (ILO). Untuk mengurangi banyaknya warga menjadi TKI, ILO menggelar pelatihan enterpreuneurship selama 30 hari.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

 

Bertempat di pondok pesantren Al-Falah Green Cottage Desa Jaten, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, peserta dikarantina selama 30 hari. Selama di karantina, mereka dibina dengan berbagai pelatihan ketrampilan membuat minuman dan kue berbahan dasar coklat.

 

“Program ini kami disebut IPEC [International Program Elimination Child Labor]. Bertujuan untuk mengurangi bahkan menghapuskan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Blitar merupakan salah satu pemasok tenaga kerja terbesar di Indonesia. Maka ini perlu menjadi perhatian bersama,” kata Fazrul, koordinator ILO Jawa Timur, Kamis (8/5/2015).

 

Dari pengamatan detikcom yang menghadiri penutupan IPEC tersebut, tamu undangan langsung ditunjukkan hasil pelatihan. Peserta memasak berbagai olahan dan langsung bisa dinikmati. Artinya, hasil dari pelatihan tersebut langsung bisa dibuktikan.

 

“Ini adalah bukti bahwa peserta sudah siap pakai. Ketrampilan yang didapatkan selama di karantina, bisa langsung diterapkan di tengah-tengah masyarakat,” terang Arif Zamroni, pengasuh pondok sambil mengantar tamu undangan ke ruangan praktik.

 

“Silahkan bertanya segala sesuatu yang sedang peserta kerjakan, mulai cara masak, bahan, cara penyajian sampai proyeksi bisnis ke depan,” imbuh Arif.

 

Tamu undangan langsung mengerumuni 30 peserta yang sedang memasak. Merekapun menjajal kebolehan peserta dengan berdiskusi selama praktek berlangsung.

“Luar biasa. Ini merupakan sebuah kegiatan yang sangat positif. Tentunya ini akan kami bahas di dewan,” kata Susi Romadhon, wakil ketua komisi IV DPRD kabupaten Blitar yang turut hadir.

 

Sementara itu, menurut peserta, awalnya pelatihan ini dianggap sebagai pelatihan biasa. 2-7 hari pertama mereka tidak kerasan. Namun, karena metode pelatihan yang mengasyikkan, justru kini mereka enggan untuk pulang ke rumah.

 

“Saya sedih mas harus meninggalkan pondok. Awalnya sih gak kerasan. Namun karena metode pengajarannya asik lama-lama saya justru gak mau pulang. Kerasan disini mas,” kata Sulistiana, salah satu peserta.

Bahkan, Sulis pun sekarang sudah bertekad untuk menjadi pengusaha roti.

“Saya ingin menjadi pengusaha roti. Jika mampu, sampai eksport. Saya pasti bisa!” tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya