SOLOPOS.COM - Kapolres Boyolali, AKBP Asep Mauludin saat menggelar rilis pers, Rabu (6/4/2022), terkait kasus klitih di Andong, Boyolali. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Seorang remaja laki-laki asal Solo berinisial AA usia 16 tahun ditangkap aparat Polres Boyolali akibat aksi klitih yaitu pembacokan secara acak di Andong, Boyolali. Korbannya seorang remaja laki-laki asal Pranggong, Andong, Boyolali, MZ, 17.

Kejahatan jalanan dengan modus klitih ini dilakukan di Andong, Boyolali, pada Selasa (29/3/2022), dan pelaku AA dibekuk pada Kamis (31/3/2022). Satu pelaku lainnya yakni RA, 17, masih diburu Polres Boyolali.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sementara belum ada kemungkinan adanya geng lain, tapi potensi ada karena siapa saja bisa menjadi pelaku klitih jika salah pergaulan. Maka peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak,” ungkap Kapolres Boyolali, AKBP Asep Mauludin, saat dihubungi Solopos.com pada Kamis (7/4/2022).

Baca juga: Terkuak, Motif Remaja Solo Lancarkan Klitih Bareng Geng di Boyolali

Sementara itu, psikolog sekaligus Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Boyolali, Nuri Rinawati, mengungkapkan anak-anak di usia praremaja atau remaja awal adalah masa mencari jati diri.

“Mereka memiliki ikatan yang lebih kuat kepada komunitasnya, menganggap kelompoknya yang selalu benar dan hebat,” ungkap Nuri.

Percaya pada Kelompok

Nuri juga mengungkapkan, sepengetahuannya kelompok klitih memiliki keyakinan tersendiri jika anggota dianggap hebat dan akan disegani ketika bisa melakukan tantangan klitih, yaitu menyerang korban secara random.

“Lebih konyol lagi, anggota akan dianggap lebih hebat kalau sudah pernah ketangkap polisi dan pernah dipenjara. Nah, ini sangat mudah diikuti oleh anak yang sedang mencari jati diri, labil, dan percaya pada kelompok,” jelasnya.

Baca juga: Sadis! Begini Pengakuan Remaja Solo Pelaku Klitih di Andong Boyolali

Lebih lanjut, Nuri mengatakan keyakinan anggota geng klitih yang akan dianggap hebat dan disegani setelah tertangkap polisi membuat anggota geng klitih tidak takut ditangkap polisi.

Nuri mengatakan yang dapat dilakukan keluarga dan lingkungan jika anak masuk ke lingkungan yang salah adalah meningkatkan peran orang tua. Ia mengimbau agar orang tua dapat membangun kedekatan keluarga, menerima dan mengakui kemampuan anak.

“Ketika bonding [ikatan] anak dan orang tua terbentuk, atau bonding dengan anggota keluarga yang lain terbentuk secara kuat, maka anak yang masih labil mencari jati diri, tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang tidak disadari anak,” kata Nuri.

Baca juga: Aksi Klitih di Andong Boyolali Libatkan Remaja Solo, Ini Kronologinya

Selain keluarga, Nuri mengatakan lingkungan juga harus mendukung dengan memberikan komunikasi dan informasi yang efektif bagi masyarakat. Hal tersebut menurutnya dapat mencegah pergaulan anak yang salah.

“Sebetulnya, alangkah idealnya di lingkungan terkecil mengaktifkan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat yang di dalamnya terdapat toga [tokoh agama], toma [tokoh masyarakat], organisasi anak, perangkat desa, dusun, dan lain-lain. Ada upaya pencegahan, penanganan, dan pemulihan,” ungkap Nuri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya