SOLOPOS.COM - Ilustrasi kampanye antikekerasan seksual. (rdk.fidkom.uinjkt.ac.id)

Solopos.com, WONOGIRI — Kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak, baik sebagai pelaku maupun korban, kembali terjadi di Kabupaten Wonogiri. Kasus terbaru di Wonogiri terjadi di salah satu desa di Kecamatan Sidoharjo.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, kekerasan seksual melibatkan anak di Kecamatan Sidoharjo melibatkan seorang laki-laki yang masih berstatus sebagai pelajar SMP. Laki-laki tersebut tega mencabuli anak TK dan adik kandungnya sendiri.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Memang benar ada kasus tersebut [pencabulan]. Tapi yang menangani sudah dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Wonogiri,” kata Camat Sidoharjo, Sarosa saat dihubungi Solopos.com, Minggu (3/4/2022).

Baca Juga: Ini Penyebab Angka Kekerasan Seksual terhadap Anak di Wonogiri Tinggi

Sarosa mengatakan tak mengetahui secara detail apakah kasus tersebut benar-benar sudah dilaporkan ke aparat polisi atau belum. Meski seperti itu, pendamping dari Unit PPA Polres Wonogiri dan Satgas Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) sudah mendatangi salah satu desa di wilayahnya, Sabtu (2/4/2022).

“Korban sementara berjumlah empat orang,” katanya.

Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Supardi, mewakili Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto, membenarkan laporan kasus kekeraan seksual anak di Kecamatan Sidoharjo. Namun ia belum dapat berkomentar banyak.

Baca Juga: Skandal Seks Anak di Wonogiri, Jekek Ingin Ada Efek Jera

“Saat ini kasus tersebut masih kami dalami,” katanya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri, Mubarok, mengatakan proses pendampingan Satgas P2TP2A Wonogiri sudah berjalan.

“Kami kemarin menurunkan tim ke sana. Besok [Senin] korban-korbannya dipanggil ke kantor. Kalau kronologinya belum begitu jelas karena laporan lengkap dari kecamatan juga belum kami terima,” ujarnya.

Baca Juga: Heboh Skandal Seks Anak di Bawah Umur di Jatiroto Wonogiri

Mubarok mengatakan kasus yang terjadi di Kecamatan Sidoharjo sekaligus menjadi kasus ke delapan sepanjang Januari 2022 hingga awal April 2022 yang ditangani Dinas PPKB P3A Wonogiri. Masih maraknya kasus kejahatan yang melibatkan anak perlu menjadi perhatian serius bagi Pemkab Wonogiri.

Sebagaimana diketahui, Satgas P2TP2A yang bernaung di bawah payung Dinas PPKB P3A telah menyasar di seluruh desa di Kabupaten Wonogiri. Satgas tersebut mengedapankan langkah preventif berupa sosialisasi ke masyarakat. Saat muncul kasus kekerasan seksual melibatkan anak, penanganannya melibatkan Dinas Sosial Wonogiri.

Meski sudah terstruktur dengan baik, kasus kejahatan tersebut belum reda. Hal itu diakui Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri, Kurnia Listiyarini. Sosialisasi yang dilakukan di tengah masyarakat perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut.

Baca Juga: 2021, Polres Wonogiri Banyak Tangani Kasus Kekerasan Seksual Anak

“Harusnya ketika sosialisasi, jangan mengundang tokoh masyarakat saja. Jangan mengundang anak yang baik-baik saja. Kasusnya bukan di mereka, tapi juga angota masyarakat yang pemahamannya belum sama dengan masyarakat lainnya [selaras dengan hasil evaluasi dipimpin bupati Wonogiri awal 2022, yakni mengubah sasaran sosialisasi],” kata dia.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, dalam berbagai kesempatan mengaku miris saat melihat kekerasan seksual melibatkan kalangan anak. Hal itu termasuk saat bertemu dengan pelajar SMA sederajat di Kabupaten Wonogiri yang tergabung dalam organisasi Rohani Islam (Rohis), Rabu (30/3/2022). Munculnya pandemi Covid-19 dan media sosial (medsos) dinilai memberikan pengaruh besar terhadap kasus yang melibatkan anak.

“Medsos adalah alur yang cukup terbuka, mengatasnamakan kebebasan. Berita yang di-share tidak ada editornya. Dan setiap hari kita dibingungkan dengan kabar berita yang entah benar atau tidak,” kata bupati yang akrab disapa Jekek itu.

Baca Juga: Cabuli 7 Remaja Laki-Laki, Paranormal Wonogiri Ngaku Pernah Jadi Korban Pencabulan

Pembelajaran Jarak Jauh

Pandemi Covid-19 dinilai turut mempengaruhi maraknya kekerasan seksual yang melibatkan anak. Di tengah pandemi Covid-19, para pelajar banyak yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Selama pandemi Covid-19, PJJ, bukan tatap muka tetapi tatap maya. Kelihatannya mengikuti pelajaran tapi celakanya malah mengakses hal yang berbau pornografi. Ini faktanya,” kata dia.

Bupati Jekek mengatakan mayoritas masyarakat belum memahami fungsi medsos dengan benar. Hal ini juga menjadi penyebab angka kasus kekerasan seksual terhadap anak naik drastis. Saat ada anak yang masih labil tak berada di lingkungan yang tepat akan mengakibatkan anak tersebut tak memiliki pemikiran sesuai dengan batas usianya.

Baca Juga: Seks Bebas Remaja di Jatiroto, Pelaku Dikumpulkan dengan Orang Tua



“Ada kasus di Jatiroto, anak usia 16 tahun, kelas 1 SMA, telah melakukan seks bebas. Pelakunya ada tujuh orang. Menurut pengakuannya, mereka mendapat gambar-gambar dari internet,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya