SOLOPOS.COM - Ilustrasi proyek refinery development master plan Balikpapan. (Antara-Rivan Awal Lingga)

Solopos.com, BALIKPAPAN — Industri minyak dan gas bumi, khususnya di kawasan pertambangan lazimnya jauh dari episentrum penularan virus corona. Nyatanya, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Balikpapan mencatat pekerja migas menjadi salah satu penyumbang terbanyak kasus infeksi virus corona di daerah itu.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan Andi Sri Juliarty menyatakan kebanyakan kasus Covid-19 merupakan pekerja subkontraktor. “Jika dijumlah semua kasus dari pekerja-pekerja migas dan tambang, [jumlahnya] diurutan ke 3 setelah pekerja swasta dan ibu rumah tangga,” ujarnya melalui pesan singkat yang diterima Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Kamis (29/7/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia menjelaskan banyak hal yang mungkin menjadi penyebab banyaknya penularan tersebut diantaranya yaitu, karyawan tidak disiplin protokol kesehatan saat off bekerja dirumah yang berarti terjadi penularan di rumah. Kemudian, screening ketika masuk kerja kembali setelah pertukaran crew kurang ketat. Karena itu, dia menilai sebaiknya dilakukan test PCR, bukan hanya test antigen untuk para pekerja.

Baca Juga: Sudah Lockdown, Kasus Covid-19 Malaysia Masih Melonjak

“Screening harusnya total karyawan bukan sampling. Jika sampling acak ini kemungkinan lolos,” jelasnya.

Selanjutnya, dia menyebutkan kemungkinan penyebab karena penerapan protokol kesehatan yang melonggar saat di lokasi kerja, pengawasan protokol kesehatan saat makan, istirahat, di bis keluar masuk lokasi dan protokol kesehatan melemah saat berkumpul di mess.

Pekerja Pengembangan Kilang

Sementara itu, Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud menyatakan para pekerja sub-sub kontraktor proyek refinery development master plan Balikpapan tersebut menetap di mess bersama pekerja lainnya yang berlokasi di sejumlah titik kawasan. RDMP dalam bahasa Indonesia adalah rencana induk pengembangan kilang.

“Penyebab wabah Covid-19 di Balikpapan tinggi karena Balikpapan ini kota transit. Selain itu sub-sub kontraktor proyek RDMP yang juga pendatang dari luar daerah dan mereka menyebar di pemukiman-pemukiman tidak hanya satu kawasan,” katanya,

Baca Juga: Jepang Pertimbangkan Pembatasan Sosial Intensif di Tokyo

Selain itu, dia mengungkapkan bahwa pekerja yang berasal dari luar Balikpapan menjalankan isolasi mandiri sebelum memulai masuk kerja. Namun, ia menilai isolasi mandiri tidak berjalan maksimal karena minimnya pengawasan pihak terkait.

Padahal, pengawasan dilakukan oleh satgas perusahaan masing-masing maupun dari pihak RDMP Balikpapan. Oleh karena itu, Rahmad meminta kebijakan pusat untuk dapat memfasilitasi isolasi mandiri pekerja tersebut sekaligus memberi pengawasan ketat agar tidak ada pelanggaran dalam pelaksanaannya.

“Pekerja yang ada sekarang memiliki mess pekerja yang tidak dalam satu kawasan, maka mereka itu menyebar di pemukiman pemukiman. Nah ini yang kita banyak dapat terkonfirmasi positif dan mereka tidak maksimal dalam isolasi mandiri. Mudah-mudahan jadi pertimbangan pemerintah pusat,” pungkasnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya