SOLOPOS.COM - Pengunjung Festival Kopi dan Batik Wonogiri tengah mengunjungi salah satu stan kedai kopi di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Minggu (2/10/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah warga mengapresiasi terselenggaranya Festival Kopi dan Batik di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri pada 1-2 Oktober 2022 lalu di. Kendati begitu, acara yang mewadahi para pegiat/petani kopi dan pecinta/pengrajin batik itu memiliki sejumlah catatan. 

Catatan itu diutarakan salah satu pegiat kopi Wonogiri, Yosef Bagus Adi Santoso, kepada Solopos.com di Kelurahan Wonokarto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, Selasa (11/10/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bagus dan teman-teman pegiat serta petani kopi di Wonogiri mengapresiasi baik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri yang telah mengadakan festival tersebut. Namun bukan berarti kegiatan itu tanpa catatan.

Menurut dia, Festival Kopi dan Batik yang terselenggara pada awal Oktober 2022 itu belum terkonsep dengan baik. Koordinasi antarsektor yang berkepentingan juga belum terjalin dengan rapi.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menyayangkan, pelaku usaha, pegiat, dan petani kopi dan pengrajin batik yang seharusnya menjadi subjek pada kegiatan tersebut, justru seakan dinomorduakan. 

Tujuan dari festival tersebut adalah untuk mengenalkan kopi dan batik asli Wonogiri. Namun Bagus menilai eksposur terhadap mereka, sebagai pemain utama masih kurang.

“Kami senang Pemkab Wonogiri sudah memberikan wadah bagi kami. Kami sangat mengapresiasi itu. Tapi kan seharusnya teman-teman [pelaku dalam ekosistem kopi dan batik Wonogiri] disebut juga. Mereka yang punya andil besar dalam kegiatan itu,malah enggak disebut sekalipun,” kata Bagus.

Dia melanjutkan pada saat kegiatan berlangsung, para pelaku usaha kopi dan batik hanya berlaku penjual yang disediakan stan-stan. Dia menganggap kegiatan itu seperti bazar kopi dan batik Wonogiri saja.

“Alangkah lebih bagus kalau teman-teman itu diberi panggung, semacam memberikan lokakarya tentang kopi atau cara membatik batik Wonogiren. Itu jauh lebih baik, pengunjung jadi lebih tau apa itu kopi dan batik Wonogiri. Mereka menjadi lebih paham,” ujar dia.

Bagus berharap Pemkab Wonogiri mengevaluasi kegiatan tersebut. Dengan begitu, pada festival-festival yang akan digelar pada tahun berikutnya bisa benar-benar mewadahi para pelaku usaha kopi dan batik di Wonogiri.

Namun demikian, Bagus dan pelaku usaha dalam ekosistem kopi dan batik Wonogiri sangat mengapresiasi Pemkab Wonogiri karena telah berupaya mengadakan Festival Kopi dan Batik Wonogiri. 

Terpisah, Bupati Wonogiri, Joko Sutopo alias Jekek, mengatakan bakal menggelar kegiatan serupa minimal dua kali dalam setahun. Sebab selain dapat mengenalkan dan menumbuhkan perekonomian pelaku usaha kopi dan batik, kegiatan tersebut juga mendorong pemerataan pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Wonogiri.

“Melalui festival kopi dan batik, Pemkab Wonogiri menghadirkan berbagai program di tengah masyarakat. Kerangka besarnya adalah untuk menumbuhkan ekonomi di Wonogiri sehingga PDRB kami tidak hanya terfokus di wilayah utara, tapi ada pemerataan PDRB,” kata Jekek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya