SOLOPOS.COM - Pedagang di Pasar Boyolali, Sumar, 27, sedang memeriksa cabai rawit dagangannya. Menjelang tahun baru, harga beberapa kebutuhan pokok di berbagai pasar daerah Boyolali terpantau mengalami kenaikan. (Solopos.com/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI-Menjelang tahun baru, harga beberapa kebutuhan pokok di Kabupaten Boyolali  mengalami kenaikan. Salah satu yang mengalami kenaikan harga adalah cabai rawit. Di Pasar Kota Boyolali, harga cabai rawit mencapai Rp90.000 per kilogram (kg).

Pedagang di Pasar Kota Boyolali, Sumar, 27, mengatakan kenaikan ini cukup drastis dibanding November yang hanya Rp35.000 per kg.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Cabai rawit memang yang naiknya paling drastis. Di November kemarin harganya perkilo hanya Rp35.000 per kilo, terus mulai Desember makin naik hingga sekarang jadi Rp90.000 per kilo,” ujar Sumar saat ditemui Solopos.com,  Senin (27/12/2021).

Baca Juga: Nuryanto Resmi Gantikan Setyo via PAW DPRD Wonogiri

Menurut pengalaman Sumar yang sudah berjualan di Pasar Kota Boyolali selama lima tahun, kenaikan harga cabai rawit biasanya terjadi pada Desember dan menjelang Lebaran. Hal tersebut, katanya, dipicu oleh permintaan yang tinggi.

“Ini sudah seperti pola sih, jadi di Desember dan menjelang Lebarang pasti harganya naik. Itu penyebabnya karena pasokannya stabil tapi permintaan pasar sangat tinggi, bahkan yang dari Jakarta minta ke daerah,” ujarnya.

Sumar mengatakan tak hanya cabai rawit yang mengalami kenaikan. Ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti brokoli dan bunga kol.

Baca Juga: Waduh! Angka Perceraian di Klaten Tahun Ini Naik Tajam

“Selain cabai rawit, ada brokoli yang harganya naik dari Rp12.000 per kilo jadi Rp28.000, terus ada juga bunga kol dari Rp10.000 jadi Rp20.000. Harga yang merosot juga ada, contohnya selada, dulu November harganya Rp40.000 sekarang hanya Rp.15.000,” kata Sumar.

Walau harga mengalami kenaikan, Sumar mengaku peminat cabai rawit dan kebutuhan lainnya tidak turun. Ia mengaku pembelian cenderung stabil. “Pembelian di warung saya cukup stabil. Tapi pembeli juga mengeluh, tapi mungkin karena kebutuhan jadinya beli juga walau mengeluh,” kata Sumar.

Salah satu pembeli di warung Sumar, Wondo, 60, mengatakan ia tidak punya pilihan lain selain tetap membeli. “Ya bagaimana lagi, saya tetap beli karena kebutuhan. Ya tetap beli walaupun harganya naik,” ujar Wondo saat berbelanja di warung Sumar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya