SOLOPOS.COM - Kondisi Sentra PKL Kuliner Masaran, Sragen, terlihat sepi karena posisi selter membelakangi jalan, Sabtu (26/2/2022). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sentra PKL Kuliner Masaran, Sragen, sepi pengunjung sehingga kini tinggal 7-8 pedagang dari 36 PKL masih setia berjualan di tempat itu. Para PKL yang bertahan meminta agar selter kuliner itu diubah posisi menghadap ke Jalan Raya Solo-Sragen agar ramai pengunjung.

Sebagai informasi, Sentra PKL Kuliner Masaran diresmikan Bupati Sragen pada Desember 2018 lalu. Salah seorang pedagang di Setra PKL Masaran, Sragen, Kus Andre, 45, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (26/2/2022), menyampaikan sepinya pengunjung karena posisi selter membelakangi jalan raya sehingga pengguna jalan tidak tahu kalau ada sentra PKL di Masaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia mengatakan mestinya posisi selter itu diubah menghadap ke jalan agar pengunjung ramai. “Selain itu jalan masuk ke sentra PKL juga sempit untuk akses mobil. Banyak pedagang yang tidak berjualan karena sepinya pengunjung. Dari 36 selter yang ada hanya 7-8 selter yang terisi. Pedagang yang bertahan berjualanya tinggal 7-8 orang itu. Yang lainnya tidak berjualan lagi karena sepi,” ujar Kus yang tinggal di Dukuh Rejowinangun, Masaran.

Baca juga: Gara-Gara Bupati, Pecel Bu Siti di Sentra PKL Masaran Sragen Ludes Dalam Sekejap

Dia menerangkan untuk bayar listrik dan air saja sampai tidak kuat sehingga pedagang berinisiatif untuk membuat sumur sendiri dan dialirkan dengan pompa air. Dia menjelaskan saat awal-awal buka setelah diresmikan pedagang masih bersemangat berjualan dan membentuk semacam paguyuban.

“Sekarang tinggal tujuh orang sehingga perkumpulan pedagang sudah tidak aktif lagi. Kami bertahan meski hasilnya sedikit. Saat Jumat, jemaah Masjid Masaran itu bisa diandalkan untuk jajan di Selter ini karena halaman Selter digunakan untuk parkir jemaah,” jelasnya.

Lampu Mati Semua

Dia mengatakan dalam sehari pendapatan kotor hanya Rp150.000-Rp200.000. Dia mengatakan kalau lampu selter hidup biasanya ada yang jualan malam hari tetapi sekarang lampunya mati semua.

Baca juga: Minyak Goreng Harga Rp15.000/Liter Ludes Diserbu Emak-Emak di Sragen

Pedagang siomay, Sri Kusumaningsih, 52, juga mengaku sepi sejak Selter dibangun. “Dulu saat masih buka lapak di pinggir jalan Jumat-Minggu itu bisa diandalkan. Pedapatan antara Rp500.000-Rp700.000 per hari. Sekarang pedapatan tinggal Rp200.000-Rp250.000 per hari,” ujarnya.

Sri juga berharap posisi selter bisa diubah menghadap ke jalan. Dia mengatakan di pinggir jalan itu masih ada lahan dua meter lebernya yang bisa dimanfaatkan para PKL untuk membuat tambahan Selter supaya bisa terlihat dari jalan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya