SOLOPOS.COM - Suasana Pasar Tawangsari, Sukoharjo, Kamis (9/2/2017). Kondisi pasar cukup sepi pembeli karena terimbas serbuan pedagang oprokan yang berasal dari luar Sukoharjo. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Pasar Tawangsari sepi setelah pedagang dari luar kabupaten berjualan oprokan di luar pasar.

Solopos.com, SUKOHARJO – Sedikitnya 150 pedagang oprokan sayuran yang berasal dari luar Sukoharjo seperti Karanganyar dan Boyolali berjualan di luar Pasar Tawangsari Sukoharjo. Mereka berjualan mulai pukul 02.00 WIB-06.00 WIB di sisi selatan pasar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ada yang dari Tawangmangu, Karanganyar, ada juga yang berasal dari Boyolali. Mayoritas bukan pedagang lama, mereka berasal dari luar Sukoharjo yang berjualan di luar pasar,” kata Maryati, pedagang sayuran di lantai II Pasar Tawangsari, Kamis (9/2/2017).

Keberadaan para pedagang dari luar Solo itu dinilai menjadi salah satu faktor penyebab sepinya pembeli di dalam Pasar Tawangsari.

Berdasarkan pantauan, Kamis, hampir separuh lebih kios dan los pasar di lantai I dan II Pasar Tawangsari kosong. Para pedagang makanan dan barang pecah belah menempati kios di lantai I. Sementara lantai II ditempati para pedagang sayuran, jamu dan pakaian.

Masyarakat yang mengunjungi pasar bisa dihitung dengan jari. Sepinya Pasar Tawangsari diduga imbas dari serbuan pedagang luar Sukoharjo yang berjualan di luar pasar. Mereka tak mau berjualan di dalam pasar lantaran kurang strategis.

Sepinya kondisi pasar terjadi hampir selama tiga tahun. Para pedagang pindah dari pasar darurat ke bangunan baru pasar pada awal 2015.

Sebagian besar pedagang pemegang izin enggan menempati kios atau los di dalam pasar. Mereka menyewakan kios atau los kepada orang lain lantaran kondisi pasar sangat sepi.

“Sudah tiga tahun kondisi pasar sepi sejak pindah dari pasar darurat. Penghasilan yang didapat setiap hari sangat minim,” terang Maryati.

Seorang pedagang oprokan sayuran asal Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Wartini, mengatakan telah mempunyai pelanggan setia yakni penjual sayuran keliling. Karena itu, Wartini enggan berpindah lokasi jualan ke dalam pasar.

Saat barang dagangannya habis, ia langsung membersihkan sampah dan bergegas pulang ke rumah. “Tidak sampai siang hari, saya berjualan maksimal pukul 07.00 WIB. Kalau sayuran sudah laku terjual saya langsung pulang,” tutur dia.

Sementara itu, Lurah Pasar Tawangsari, Suhardi, tak memungkiri salah satu penyebab sepinya pasar adalah munculnya pedagang oprokan sayuran yang berjualan di luar pasar. Mereka hanya diperbolehkan berjualan hingga pukul 06.00 WIB.

Anggota satpam bakal menertibkan pedagang oprokan sayuran yang berjualan di atas pukul 06.00 WIB. “Kami sudah mengajak para pedagang oprokan sayuran agar berjualan di dalam pasar. Mereka memang enggan berjualan di dalam pasar karena sudah punya pelanggan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya