SOLOPOS.COM - Suasana Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) 2017 di Alun-Alun Utara Kota Jogja, Jumat (10/11/2017). (Ocktadika Cahya A/JIBI/Harian Jogja)

Sejumlah pedagang masih akan bertahan sampai masa perpanjangan 10 Desember untuk mengejar target keuntungan

Harianjogja.com, JOGJA-Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) resmi ditutup 1 Desember 2017. Namun, sejumlah pedagang masih akan bertahan sampai masa perpanjangan 10 Desember untuk mengejar target keuntungan, sebab selama pelaksanaan PMPS mereka mengaku merugi.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Tarigan, salah satu pedagang pakaian bekas impor atau awul-awul mengaku selama tiga pekan berjualan mulai 10 November hingga 1 Desember belum mendapat keuntungan. “Modal aja belum kembali, baru dapat buat bayar sewa stan aja,” kata dia di sela-sela berjualan, Sabtu (2/12/2017).

Tarigan menempati stan awul-awul di barat Alun-alun Utara. Ia menyewa lapak ke Dinas Perindustrian dan perdagangan Rp17 juta selama pekasanaan PMPS. Selama berjualan ia dibantu empat karyawannya.

Ekspedisi Mudik 2024

Pria asal Medan yang sudah keenam kalinya ikut berjualan setiap PMPS di Jogja ini mengaku biasanya lebih dari setengah barang dagangannya ludes. Namun, pada PMPS kali ini masih banyak yang belum terjual. Ia enggan menyebut berapa modal yang dikeluarkan selama PMPS dan berapa potong pakaian yang belum terjual.

Ia mengaku jumlah transaksi harian hanya berkisar di bawah angka lima puluhan, kecuali Sabtu-Minggu jumlah pengunjung yang bertransaksi di stannya mencapai angka di atas seratusan. Ia menjual pakaian per potong mulai dari Rp5.000-200.000. “Tiga hari menjelang penutupan yang biasanya membludak pun ternyata jauh dari perkiraan,” kata Tarigan.

Ia menyadarai cuaca hujan yang terus menerus mengguyur menyebabkan pengunjung berkurang dibanding PMPS tahun lalu, karena kondisi area Alun-alun Utara becek ketika turun hujan. Selain itu, pintu masuk yang hanya dari sisi utara dan barat Altar membuat pengunjung kerepotan karena harus berputar.

Karena itu dirinya girang ketika ada toleransi perpanjangan waktu PMPS sampai 10 Desember. Selama sepekan kedepan ia akan mengejar target keuntungan. Disinggung apakah PMPS tahun depan akan ikut berjualan kembali. “Lihat kondisi dulu lah, kalau hujannya seperti kemarin pikir-pikir dulu,” ucap Tarigan.

Kondisi serupa dialami oleh Ariman, penjual othok-othok atau kapal air mainan. Warga asli Cirebon yang sudah empat kali ikut berjualan dalam PMPS ini mengaku selama PMPS tahun ini hanya menghabiskan lima kodi othok-othok, setiap kodi isi 20 othok-othok.

Harga per satu othok-othok dibandrol Rp10.000 untuk kapal ukuran kecil dan Rp15.000 untuk kapal ukuran besar. “Kalau tahun lalu saya bisa menjual sampai 15 kodi, sekarang hanya lima kodi,” kata dia.

Namun, nasib Arisman lebih beruntung karena ia masuk kategori pedagang kaki lima (PKL) yang tidak membayar stan, melainkan hanya membayar biaya lampu yang per harinya Rp5.000.

Dalam pantauan Harian Jogja, Sabtu (2/12/2017) kemarin, pengunjung sekaten cukup ramai terutama di bagian wahana permainan. Bahkan, suasana arus lalu lintas sekitaran Titik Nol Kilometer padat.

Pemerintah Kota Jogja memberi batas toleransi pembongkaran stan PMPS sampai 10 Desember mendatang setelah itu jika sampai batas akhir stan belum dibongkar akan ada tindakan dari Satuan Polisi Pamong Praja. Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jogja Sri Harnanik menyatakan tidak ada perpanjangan PMPS. Selama sepekan ke depan hanya batas waktu pembongkaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya