SOLOPOS.COM - Kompleks los klitikan dan onderdil Pasar Joko Tingkir Nglangon, Karangtengah, Sragen, Senin (30/1/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Los klitikan dan onderdil di Pasar Joko Tingkir Sragen menjadi kunci menggeliatnya pasar tersebut sejak berdiri pada 1990-an silam. Los klitikan dan onderdil itu dulunya merupakan bengkel sepeda angin.

Para pedagang itu dulu menempati sepanjang Jl. Imam Bonjol Sragen, mulai dari simpang tiga Toko Komplit Sragen ke barat sampai depan Stasiun Sragen atau dikenal kawasan Kodok Ijo.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

Los bengkel dan klitikan ini merupakan yang pertama babad alas di Pasar Joko Tingkir. Hal ini seperti yang dikatakan seorang pemilik los bengkel sepeda di Pasar Joko Tingkir, Sukamto, 53, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (30/1/2023).

Dia mengatakan pada tahun 1994 baru ada 13 los  di Pasar Joko Tingki. Setahun kemudian mulai banyak yang buka los. “Bengkel sepeda itu ada yang pindahan dari PKL Kodok Ijo. Relokasi itu terjadi pada zaman Bupati Bawono. Setelah kami mapan di sini, sekarang direlokasi lagi ke Pasar Sukowati Sragen,” jelas Sukamto.

Ia dulu buka bengkel sepeda angin di barat Toko Komplit. Pada tahun itu, Sukamto bisa mendapatkan keuntungan sampai Rp50.000 per hari. Kemudian pindah ke Pasar Joko Tingkir Nglangon dan pendapatannya anjlok karena masih babad alas.

“Saat awal buka di Pasar Joko Tingkir ini pendapatannya tinggal Rp2.000-Rp5.000 per hari. Lambat laun mulai ramai sampai sekarang. Hingga Senin siang ini, saya sudah dapat Rp30.000,” jelas Sukamto, warga asal Gawan, Tanon, Sragen itu.

Pemilik los di Pasar Joko Tingkir Sragen, Ngatiyo, 58, awalnya juga buka bengkel sepeda angin. Pria asal Slendro, Gesi, Sragen, itu beralih membuka bengkel shock breaker sepeda motor. Dia masih ingat pada 1992 itu sudah mulai ada 1-2 pedagang. Dulu yang paling ramai memang di los klitikan dan onderdil.

“Jelas-jelas kami ini selaku pedagang awal di Pasar Joko Tingkir kok tidak diutamakan. Los kami ini di luar kok dapat jatah di dalam Pasar Sukowati Sragen. Dengan adanya persoalan relokasi ke Pasar Sukowati itu sekarang pelanggan menjadi sepi,” ujarnya.

Pemilik bengkel sepeda lainnya, Wito, 59, mengaku mulai membuka losnya pada 1997 di Pasar Joko Tingkir Sragen. Dulu tidak ada yang mau menempati los-los di Pasar Joko Tingkir ini karena tidak ada pelanggannya. Setelah 2005 mulai ramai hingga sekarang.

Wito dulu juga pindahan atau relokasi dari PKL sepeda onthel di barat Toko Komplit Sragen. Banyak pemilik bengkel sepeda onthel yang beralih jadi pemilik bengkel sepeda motor. Wito masih tetap bertahan sebagai bengkel sepeda angin. Apalagi saat ini, ujar dia, sudah susah mencari bengkel sepeda angin.

“Saat sepi, saya masih bisa dapat Rp300.000 per hari. Kami tidak hanya jual jasa bengkel tetapi juga juga sepeda bekas,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya