SOLOPOS.COM - Suharti, pedagang di Pasar Beringharjo menjual beras mulai kualitas medium sampai premium, Selasa (25/7/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pedagang di Solo belum menerapkan HET beras yang mestinya diberlakukan mulai Jumat (1/9/2017).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang di Pasar Nusukan Solo belum menerapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium yang telah ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada Jumat (1/9/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kemendag menetapkan HET untuk beras medium dan premium masing-masing senilai Rp9.450/kg dan Rp12.800 untuk wilayah Pulau Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi Selatan. Salah satu pedagang di Pasar Nusukan, Parimin, mengatakan tidak mengetahui ada penetapan HET untuk beras premium dan medium.

Dia menjual beras premium senilai Rp9.500/kg. Harga beras yang dia jual naik Rp300/kg sejak tiga hari lalu yakni Rp9.200/kg. “Kalau saya, sih, setuju-setuju saja soal penetapan HET beras. Tapi harga beras dari distributor juga harus disamakan,” kata dia saat ditemui Solopos.com, Jumat (1/9/2017).

Menurutnya, jika di tingkat distributor harganya melambung dan HET tersebut tetap diberlakukan, maka dirinya akan merugi. Pasalnya, harga beras sangat fluktuatif.

“Saya biasanya ambil untung enggak banyak. Dari distributor harganya Rp9200, saha cuma ambil untung Rp300. Belum lagi berasnya itu susut. Tiap 25 kg karung beras susutnya sekitar 3 ons karena karung pembungkusnya,” sambung dia.

Pedagang lain di pasar tersebut, Mulyono, mengaku tidak menjual beras medium. Dia hanya menjual beras biasa dengan harga mulai Rp8.500/kg sampai Rp10.000/kg. Menurutnya, harga beras medium di Pasar Nusukan sekitar Rp11.000/kg.

Mulyono kurang setuju dengan penetapan HET beras. Pasalnya, harga beras sangat fluktuatif dan sangat tergantung pada hasil panenan padi di tingkat petani. “Misal kalai harga beras di tingkat petani naik, otomatis harga beras di pedagang juga naik. Jadi enggak bisa ditetapkan dengan HET. Kecuali kalai di supermarket,” ujarnya.

Dia menambahkan beras yang dia jual merupakan beras biasa karena memilik bulir pecah yang lebih tinggi dibandingkan beras medium. “Kalau medium itu lebih putih dan lebih bersih. Saya hanya jual beras biasa karena hanya sedikit sekali konsumen di sini yang beli beras medium,” sambung dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya