SOLOPOS.COM - Paus Fransiskus. (dok. UNTV via AP)

Solopos.com, VATICAN CITY – Paus Fransiskus pada meratapi tingkat kelahiran yang anjlok di Italia dan memperingatkan bahwa penurunan itu merupakan ancaman bagi masa depan negara itu.

“Musim dingin demografik ini benar-benar mengkhawatirkan, setidaknya di sini di Italia,” kata Paus dalam khotbah mingguannya di depan lapangan Santo Petrus Basilika, Minggu (26/12/2021) seperti dilansir Antara.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

“Tampaknya banyak orang yang kehilangan minat untuk memiliki anak. Banyak pasangan lebih memilih untuk tetap tak beranak atau punya satu anak saja… Ini adalah tragedi yang bertentangan dengan keluarga kita, negara kita dan masa depan kita,”imbuhnya.

Menurut kantor statistik nasional Italia (ISTAT) bulan lalu, jumlah kelahiran di negara itu menurun selama 12 tahun berturut-turut. Bahkan angka kelahiran di Italia tahun lalu mencapai level terendah sejak penyatuan bangsa itu pada 1861.

Disebutkan tahun lalu Italia mencatat 404.892 kelahiran, turun 15.192 dari 2019. Sementara angka kematian pada tahun yang sama mencapai 746.146 dan mengurangi populasi di negara itu menjadi 59,3 juta orang. ISTAT mengatakan turunnya angka kelahiran terus berlangsung pada tahun ini. Mereka menambahkan bahwa pandemi Covid-19 sepertinya menjadi faktor penyebab dari penurunan itu.

Baca Juga: Raih Pendanaan Rp1,3 Triliun, Kopi Kenangan Kini Berstatus Unicorn

Paus Fransiskus Soroti Polarisasi

Di sisi lain, Paus Fransiskus dalam pesan hari Natal juga mengecam meningkatnya polarisasi dalam hubungan personal dan internasional, dan mengatakan bahwa hanya dialog yang dapat menyelesaikan konflik, mulai dari permasalahan keluarga, hingga ancaman peperangan.

Dalam pesan “Urbi et Orbi” atau pesan kepada dunia, dia menyerukan agar orang-orang dan pemimpin dunia saling berbicara dengan satu sama, lain alih-alih saling berkeras kepala, dengan jarak yang semakin diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19.

“Kapasitas kita untuk hubungan sosial sangat diuji, terdapat kecenderungan untuk menarik diri, untuk melakukan segala sesuatu sendiri, untuk berhenti berusaha untuk bertemu orang lain dan melakukan segala sesuatu bersama-sama,” katanya dari balkon tengah Basilika Santo Petrus pada hari Natal yang diwarnai hujan dan angin di Roma.

“Pada tingkat internasional juga terdapat risiko penghindaran dialog, risiko bahwa krisis yang kompleks ini akan berujung pada pengambilan jalan pintas alih-alih memulai jalur dialog yang lebih panjang, meski hanya jalur-jalur itulah yang dapat berujung pada penyelesaian konflik dan keuntungan yang berlangsung panjang bagi semua,” katanya.

Baca Juga: Tips Bisnis: Membangun Usaha Jangan Sekadar Ikut-Ikutan Tren

Paus Fransiskus, yang berulang tahun yang ke-85 pekan lalu, menyebut berbagai konflik dan ketegangan atau krisis termasuk yang terjadi di Suriah, Yaman, Israel, Teritori Palestina, Afghanistan, Myanmar, Ukraina, Sudan, Sudan Selatan, dan berbagai tempat lainnya.

“Kita terus menyaksikan konflik, krisis, dan pertikaian dalam jumlah yang besar,” katanya saat berbicara di balkon yang sama dengan saat dia pertama kali muncul di hadapan dunia sebagai Paus usai terpilih pada 13 Maret 2013.

“Hal-hal ini seperti tak pernah berakhir; sekarang kita bahkan hampir tidak memperhatikan mereka. Kita telah menjadi begitu terbiasa dengan hal-hal ini sehingga tragedi-tragedi besar sekarang dilewatkan dalam keheningan; kita menghadapi risiko tidak mendengar jeritan kesakitan dan kesedihan dari begitu banyak saudara dan saudari kita.” katanya, saat berbicara di hadapan kerumunan berjumlah beberapa ratus orang, yang lebih kecil dibandingkan biasanya, karena telah dikurangi terkait pembatasan Covid-19 serta cuaca.

Baca Juga: Premium & Pertalite Dihapus, Pemerintah Harus Siapkan Subsidi Pertamax

Dia pun meminta Tuhan untuk memberikan ketenangan dan persatuan bagi keluarga-keluarga, memuji mereka yang berupaya menjaga keluarga dan komunitas untuk tetap bersatu di waktu yang begitu memisahkan.

“Mari kita meminta kekuatan untuk membuka dialog. Pada hari raya ini, marilah kita memohon padanya untuk membangkitkan kerinduan akan rekonsiliasi dan persaudaraan dalam hati semua orang,” katanya.

Dia menggunakan kata “dialog” sebanyak 11 kali dalam pesan sepanjang kurang lebih dua halaman itu, di mana dia berbicara di hadapan orang-orang yang berlindung di bawah payung dan jas hujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya