SOLOPOS.COM - KGPAA Mangkunagara X (kanan) memimpin acara tradisi Ruwahan di Pendapa Ageng, Pura Mangkunegaran, Solo, Kamis (17/3/2022) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro absen dalam acara Wilujengan Ruwahan di Pura Mangkunegaran Solo, Kamis (17/3/2022). Dia memilih berziarah ke makam KGPAA Mangkunagoro VI di Astana Oetara, Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Solo.

Tidak sendiri, Paundra datang bersama kerabatnya, Ade Andrini. Aktivitas tersebut diungah dalam video di Instagram story akun milik Paundra @gph_paundrakarnajs.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sowan eyang Leluhur Adipati Mangkunegoro VI di Pasarean Astana Oetara-Solo,” tulis Paundra pada keterangan story-nya.

Pada waktu itu Pura Mangkunegaran sedang menggelar acara Ruwahan sekaligus peringatan Hari Jadi ke-265. Acara yang dihadiri 200-an tamu itu dipimin Bhre Cakrahutomo selaku KGPAA Mangkunagoro X.

Lantas, apa makna tradisi Ruwahan di Pura Mangkunegaran yang tidak dihadiri Paundrakarna?

Baca juga: Damai, Paundra Akhirnya Ketemu Bhre

Makna Ruwahan

Dikutip dari laman resmi Pura Mangkunegaran, Jumat (18/3/2022), Ruwahan adalah salah satu tradisi dalam budaya Jawa yang digelar menjelang Ramadan. Ruwahan berasal dari kata Ruwah merupakan bulan urutan ke tujuh yang sama dengan bulan Sya’ban di tahun Hijriyah.

Kata Ruwah memiliki akar kata arwah atau roh para leluhur. Konon dari arti kata arwah inilah dijadikan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur. Ruwahan ditandai dengan kegiatan ziarah kubur.

Tradisi ini selalu digelar Pura Mangkunegaran setiap tahun, biasanya pada malam hari setelah tanggal 10 Ruwah, tepatnya di hari Kamis malam Jumat. Tradisi Ruwahan diawali dengan membaca doa kepada Tuhan. Dimaksudkan untuk memohon ampunan untuk para leluhur. Selain itu, untuk memohon kekuatan dari Tuhan agar Pengageng Pura saat ini diberikan kekuatan dan kesehatan melanjutkan perjuangan para leluhur.

Baca juga: Sakti! Ini Arti Nama Paundrakarna Pangeran Mangkunegaran Solo

Dalam acara ini berbagai hidangan dipersiapkan untuk kelengkapan tradisi Ruwahan berupa hasil Bumi yaitu makanan, sayuran, buah-buahan, dan bunga tabur. Ubarampe tersebut merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

Rangkaian terakhir Ruwahan adalah ziarah ke makam para leluhur Pura Mangkunegaran. Makam yang dikunjungi antara lain: Astana Mangadeg, Astana Girilayu, Astana Nayu Utara, Astana Kotagedhe Yogyakarta, Astana Imogiri dan beberapa makam penting lainnya.

Baca juga: Masih Lajang, Siapa Pacar Paundrakarna Pangeran Mangkunegaran?

Paundra Ziarah

Sementara itu, dalam kesempatan kali ini Paundrakarna memilih absen dan berziarah ke makam leluhurnya tanpa rombongan. Makam yang diziarahi oleh Paundra di Astana Oetara merupakan satu-satunya pemimpin Mangkunegaran yang dimakamkan di luar kompleks makam para adipati Mangkunegaran.

Kompleks makam para penguasa Mangkunegaran bernama Astana Giri Layu di Matesih, Karanganyar. Mangkunagoro VI merupakan penguasa yang berhasil menyelamatkan Pura Mangkunegaran dari kisis keuangan yang ditinggalkan penguasa sebelumnya.

Makam Astana Oetara tempat peristirahatan terakhir Mangkunagoro VI didesain oleh Ir Soekarno yang tak lain adalah kakek Paundrakarna dari pihak ibu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya