SOLOPOS.COM - Ibu-ibu dari Bank Sampah Rukun Santoso, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo menunjukkan hasil kreasi sampah saat digelar kongres sampah di Taman RSD Bagas Waras Klaten, Kamis (27/10/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Jargon memilah sampah menjadi berkah benar-benar dirasakan Bank Sampah Rukun Santoso, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo. Sampah yang dulunya kerap membikin masalah kini menjadi pundi-pundi rupiah.

Bank sampah itu membikin aneka produk kreasi dari hasil daur ulang sampah. Seperti aneka tas, dompet, topi, baju, hingga wayang kulit kardus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Produk kreasi bank sampah itu dipasarkan ke berbagai daerah. Kini, pengelola bank sampah rutin mengirim produk kreasi daur ulang sampah ke Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selain pasar lokal, produk kreasi bank sampah itu rutin dikirim ke luar negeri, tepatnya di Benua Eropa seperti di Perancis dan Belanda.

Omzet yang diperoleh bank sampah itu tak tanggung-tanggung. Dari hasil kreasi, omzet yang diperoleh bisa mencapai Rp20 juta per bulan.

Baca Juga: Cegah Banjir, 1.000-an Orang Bersih-Bersih Sungai di Rawa Jombor Klaten

Sementara, hasil penjualan sampah bisa menghasilkan omzet Rp10-Rp15 juta per bulan.

Berdirinya bank sampah itu diinisiasi salah satu warga setempat bernama Sriyono, 60. Bank sampah itu terbentuk pada 2015. Sebelum menjadi bank sampah, warga terlebih dahulu membentuk komunitas pengelola sampah sejak 16 Maret 2013.

Sriyono menjelaskan awalnya sampah kerap membikin masalah di Karanglo. Irigasi pertanian terganggu tumpukan sampah. Pasalnya, ada sungai kecil di tengah perkampungan. Sungai itu dulunya dijadikan tempat untuk membuang sampah.

Lantaran kerap membikin masalah, warga membentuk komunitas pengelola sampah. Sampah yang masuk ke saluran irigasi dibersihkan, dipilah, kemudian dijual.

Baca Juga: Waspada! Puncak Musim Hujan di Klaten Diprediksi Desember-Januari

Edukasi ke warga juga dibantu kepala desa setempat. Satu per satu warga, terutama ibu rumah tangga diedukasi mereka mulai bergabung ke komunitas. Lambat laun sungai tak lagi menjadi tempat pembuangan sampah.

Soal ide kreatif mengelola sampah menjadi berbagai barang layak jual, Sriyono menceritakan bermula dari Youtube. Sriyono lantas mengumpulkan ibu-ibu dan mendirikan bank sampah.

Di tempat itu, mereka memisahkan sampah layak kreasi, yakni sampah yang mengandung aluminium foil seperti bungkus kopi, sampo, deterjen, dan lain-lain. Sampah-sampah itu tak laku jika dijual ke tukang rongsok.

Sampah-sampah itu mereka pisahkan, dicuci, dan dikeringkan. Sampah itu kemudian digunting-gunting dan menjadi isian berbagai barang untuk dibuat tas laptop, tas punggung, tas belanja, dan lain-lain.

Baca Juga: Bupati Klaten Ikuti Senam Bersama di Lapangan Merdeka Delanggu

Bank sampah itu berdiri dari hasil swadaya warga. Seiring perkembangan, bank sampah itu mendapatkan dukungan dari salah satu perusahan di dekat Karanglo yakni Pabrik Aqua Klaten serta Pemkab.

Produk bikinan bank sampah itu dipasarkan ke berbagai daerah. Tak hanya di Indonesia, produk kreasi hasil pengolahan sampah itu dipasarkan ke luar negeri seperti Perancis dan Belanda.

Per tiga bulan, bank sampah tersebut rutin mengirimkan barang-barang pesanan pembeli ke mancanegara.

“Kalau keluar negeri itu hampir setiap tiga bulan kirim seperti tas laptop dan tas lainnya. Jumlahnya tergantung pesanan dari sana,” kata Sriyono saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (31/10/2022).

Baca Juga: Begini Cara Mencegah Banjir di Lingkungan Sekolah

Omzet yang dimiliki bank sampah itu tak main-main. Per bulan, mereka bisa mendapatkan omzet mencapai Rp20 juta dari hasil kreasi sampah. Sementara, hasil penjualan sampah layak jual mencapai Rp10 juta-Rp15 juta.

“Sekarang anggota bank sampah itu ada sekitar 15-20 orang. Untuk nasabah bank sampah sekarang ada 116 orang yang tersebar di enam RT,” jelas dia.

Kini, Bank Sampah Rukun Santoso kerap menjadi tempat pelatihan pengelolaan sampah. Sriyono pun bersyukur, dari awalnya sampah menjadi sumber masalah kini bisa mendatangkan berkah.



“Tak hanya lingkungan bersih, pengelolaan sampah bisa memberdayakan warga terutama para ibu rumah tangga,” katanya.

Baca Juga: Dulu Angker, Lahan Kas Desa di Klaten Ini Disulap Jadi Rumah Hidroponik

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, Srihadi, mengatakan keberadaan bank sampah selama ini mendukung pengurangan timbunan sampah di Klaten. Saat ini, ada 60-an bank sampah yang aktif di Klaten. Dari puluhan bank sampah itu, timbunan sampah yang berhasil dikurangi per bulan mencapai 9 ton per bulan.

Camat Polanharjo, Joko Handoyo, mengatakan ada sekitar 18 bank sampah di wilayah Kecamatan Polanharjo. Keberadaan bank sampah itu mengurai permasalahan sampah yang ada di kecamatan tersebut.

Selain itu, keberadaan bank sampah mendukung pencapaian sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) tingkat kecamatan.

“Pengelolaan sampah ini menjadi salah satu pilar STBM. Di Kecamatan Polanharjo sudah dilakukan melalui bank sampah,” kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya